Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk. (BRIS) atau BSI telah mencatatkan kinerja keuangan yang moncer pada awal tahun ini. Sederet siasat disiapkan agar kinerja bank syariah tersebut terjaga di tengah beragam tantangan.
BSI telah meraup laba bersih Rp1,71 triliun pada kuartal I/2024, naik 17,07% dibandingkan periode sebelumnya Rp1,46 triliun secara tahunan (year-on-year/YoY).
Pada fungsi intermediasi, pembiayaan BSI naik 15,92% menjadi Rp246,54 triliun dari sebelumnya Rp212,67 triliun. Alhasil, aset terkerek naik 14,25% menjadi Rp357,9 triliun dari sebelumnya Rp313,25 triliun.
Kemudian, BSI telah menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp297,34 triliun, naik 10,43% dari sebelumnya Rp269,26 triliun. Dana murah BSI menyentuh Rp180,96 triliun tumbuh 9,29% yoy dari sebelumnya Rp165,57 triliun.
Meski begitu, Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan terdapat beragam tantangan baru pada tahun ini. Di antara tantangan bagi industri perbankan adalah tren suku bunga acuan yang tinggi.
Bank Indonesia (BI) memang telah memutuskan untuk menaikan suku bunga acuan atau BI Rate 25 basis poin (bps) dari level 6% ke level 6,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 23—24 April 2024. Kenaikan tersebut merupakan yang pertama kali sejak Oktober 2023.
Baca Juga
Adapun, dalam RDG terbaru periode 21—22 Mei 2024, BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya di level 6,25%. Naiknya suku bunga acuan dinilai akan menekan biaya dana (cost of fund/CoF) perbankan.
Meski begitu, Hery mengatakan BSI memiliki sejumlah strategi agar kinerja keuangan masih tetap moncer. BSI misalnya memaksimalkan peluang digitalisasi perbankan.
"Digitalisasi yang kuat ini bisa membantu bank untuk catching up customer, mendapatkan customer lebih banyak. Selain itu, produk-produk yang dilayani juga kami harus mampu tempatkan di dalam platform digital," katanya dalam acara penganugerahan penghargaan Bisnis Indonesia Award (BIA) 2024 pada Kamis (13/6/2024).
Pemanfaatan platform digital juga dinilai bisa memaksimalkan raupan dana murah di tengah tekanan CoF. Selain itu, layanan digital perbankan bisa menjadi sumber pendapatan alternatif melalui pendapatan berbasis komisi (fee based income).
Untuk mengembangkan layanan digitalnya, BSI akan meluncurkan aplikasi super alias super app BSI Mobile tahun ini. Progres terbaru, BSI mengajukan perizinan super app ke BI.
Selain itu, BSI tetap berprogres untuk ekspansi, bahkan ekspansi global guna meraup potensi pasar baru dalam mendongkrak kinerja.
"Untuk ekspansi, di global kami sudah punya cabang di Dubai [Uni Emirat Arab]. Saat ini kami juga sedang apply license di Arab Saudi. Kami harapkan bisa dapatkan izinnya dan itu artinya kami akan punya dua cabang [luar negeri]," tutur Hery.
Di Arab Saudi, rencana ekspansi BSI itu dilakukan dalam rangka mengincar pasar haji dan umroh. Pasar tersebut menurut Hery dinilai potensial. Tercatat, setiap tahun Indonesia mengirimkan jemaah haji sekitar 220.000 orang dan jumlah umroh lebih dari satu juta jemaah. Lalu, potensi dana mencapai hampir Rp90 triliun hingga Rp100 triliun.