Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah bank digital seperti PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) atau BNC hingga Superbank menambah tebal modal mereka pada tahun ini. Penambahan modal dilakukan bank digital seiring dengan persaingan ketat industri.
BNC menjadi salah satu bank digital yang akan menambah tebal kantong modalnya. Emiten bank digital berkode BBYB ini akan menjalankan penambahan modal melalui aksi korporasi penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) VII atau right issue sebanyak 1,31 miliar lembar.
Adapun, harga pelaksanaan right issue kali ini sebesar Rp300 per saham, sehingga seluruhnya berjumlah sebanyak Rp393,5 miliar. Right issue akan digelar pada 16 Juli 2024 – 22 Juli 2024.
"Seluruh dana yang diperoleh dari hasil PMHMETD VII, setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan dipergunakan seluruhnya sebagai modal kerja perseroan untuk membiayai peningkatan kredit," tulis Manajemen BNC di keterbukaan informasi pada Rabu (3/7/2024).
Dalam right issue tersebut, PT Akulaku Silvrr Indonesia (ASI) yang merupakan pemegang saham pengendali perseroan, dengan porsi 27,32% saham telah menyatakan kesanggupannya menjadi pembeli siaga.
ASI juga menyatakan punya dana yang cukup dan sanggup untuk melaksanakan seluruh PHMETD BBYB.
Baca Juga
Selain BNC yang menambah modal melalui right issue, bank digital non emiten lainnya pun mendapatkan suntikan dana dari pemegang saham. Bank digital milik PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK), yakni Superbank misalnya mendapat tambahan investasi sebesar Rp1,2 triliun dari pemegang sahamnya, yaitu Grab, Singtel, dan KakaoBank.
“Tambahan investasi ini akan memperkuat kami dalam memperluas layanan finansial inklusif dan pembiayaan yang mudah diakses oleh lebih banyak nasabah ritel dan UMKM underbanked di Indonesia,” ujar Presiden Direktur Superbank Tigor M. Siahaan dalam keterangan tertulis, Rabu (3/7/2024).
Penambahan modal dari pemegang saham juga dilakukan seiring dengan langkah Superbank yang sedang banyak berinvestasi meliputi infrastruktur, SDM, hingga sistem. Tujuannya, agar bisa memberikan layanan produk keuangan yang mudah, cepat, aman dan terpercaya bagi nasabah.
Tak hanya Superbank, PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) atau Bank Saqu juga mendapatkan suntikan modal dari pemegang sahamnya PT Astra International Tbk. (ASII) melalui PT Sedaya Multi Investama (SMI) atau Astra Financial sebesar Rp444,81 miliar.
Berdasarkan keterbukaan informasi, ASII memberitahukan adanya transaksi afiliasi antara anak usahanya yakni SMI dengan BJJ pada 27 Juni 2024. Obyek transaksi adalah sebagian saham baru BJJ sebanyak 130.586 lembar dengan nilai per saham sebesar Rp3.406.31, yang diambil bagian oleh SMI.
Manajemen ASII menjelaskan transaksi afiliasi itu dilakukan dengan tujuan untuk memberikan dukungan pendanaan kepada BJJ, yang akan digunakan oleh BJJ untuk keperluan umum korporasi. "Bagi SMI, pelaksanaan transaksi dapat memberikan manfaat finansial berupa dividen sebagai imbal hasil investasi di BJJ," tulis ASII di keterbukaan informasi pada Senin (1/7/2024).
Persaingan Ketat Industri Bank Digital
Upaya penambahan modal dijalankan bank-bank digital di tengah kondisi persaingan ketat industri. Kondisi tersebut terjadi seiring dengan bermunculannya bank-bank digital baru pada tahun lalu.
Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan pada tahun ini, persaingan di pasar bank digital masih akan ketat.
"Akan semakin ketat persaingan perbankan. Lahir bank baru mungkin tidak, tapi akan banyak akuisisi, merger atau konsolidasi bank," ujarnya kepada Bisnis beberapa waktu lalu.
Adapun, Economics and Public Policy Researcher Indef Nailul Huda mengatakan persaingan bank digital ke depan akan mengerucut ke skema pengembangan, terutama dalam menggaet nasabah.
"Ini akan tergantung ekosistemnya dalam memudahkan generasi Z serta milenial mengakses layanan keuangan," kata Nailul.
Sementara itu, Senior Faculty LPPI Amin Nurdin mengatakan bank-bank digital memiliki keunggulan dari sisi permodalan kuat yang digelontorkan pemiliknya baik oleh perusahaan teknologi finansial (fintech) maupun konglomerat.
Akan tetapi, permodalan saja tidak cukup. Untuk bersaing, bank digital mesti memiliki bangunan prinsip strategi ke depannya yang cukup bagus. Menurut Amin, strategi tidak terlepas dari rencana jangka panjang, visi dan misi yang disusun oleh bank.
Selain itu, bank digital juga harus siap untuk berkolaborasi dengan pihak manapun. “Intinya harus memiliki dan membangun sebuah ekosistem yang kuat,” tambahnya.