Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom Senior yang juga mantan Menteri Keuangan (2013-2014) Chatib Basri memperkirakan Bank Indonesia (BI) masih akan mempertahankan suku bunga acuan pada level 6,25% saat ini.
Dia menyampaikan meski laju inflasi di dalam negeri rendah, tetapi BI memiliki pertimbangan lain dalam menentukan arah suku bunga, yaitu stabilitas nilai tukar rupiah.
“Bisa saja inflasi di Indonesia itu sudah di bawah 3%, tetapi Bank Indonesia itu punya objective lain, selain mengatur management inflasi adalah exchange rate,” katanya dalam acara Market Outlook 2024, Selasa (16/7/2024).
Chatib menjelaskan jika BI menurunkan suku bunga sebelum Fed Funds Rate (FFR) turun, maka tingkat diferensiasi antara keduanya akan melebar. Hal ini dapat memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah.
“Karena itu saya melihat bahwa Bank Indonesia masih akan hold interest rate-nya pada level ini,” jelasnya.
Menurut Chatib, likuiditas yang ketat masih akan berlangsung hingga semester kedua 2024 ini. Oleh karenanya, bank sentral dinilai masih sulit untuk menurunkan suku bunga acuan.
Baca Juga
Di sisi eksternal, dia mengatakan, pasar memperkirakan the Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada September mendatang, seiring dengan data ketenagakerjaan di AS yang membaik.
Namun demikian, imbuhnya, the Fed kemungkinan belum akan menurunkan suku bunga pada September. Pembahasan penurunan suku bunga paling cepat kemungkinan pada Desember.
Hal ini dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama, Chatib menjelaskan, tingkat pengangguran di AS belum kembali ke level 5%. Kedua, yaitu alasan politis terkait Pemilu AS yang akan dilangsungkan pada November.
“It will be very difficult for the Fed to make a decision to cut the rate sebelum election November, karena mereka akan bisa dianggap partisan terhadap incumbent. Jadi mungkin, tentu ini semua kita menduga, perkiraan saya adalah pembahasan mengenai penurunan Fed Fund rate itu mungkin baru bulan Desember,” kata Chatib.