Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Mau Ketemu DPR, Siap Bela Rupiah saat Asumsi Makro 2025 Patok Kurs Rp16.100

Dalam sebulan terakhir, nilai tukar rupiah bergerak di level rata-rata Rp15.987. Dalam asumsi makro 2025, kursi dipatok Rp16.100 atau melemah dari saat ini.
Pekerja melintas dekat logo Bank Indonesia di Jakarta. / Bisnis-Fanny Kusumawardhani
Pekerja melintas dekat logo Bank Indonesia di Jakarta. / Bisnis-Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) akan melakukan pertemuan dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam waktu dekat, terkait pembahasan target terbaru rupiah untuk 2025. 

Dalam Nota Keuangan dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025, pemerintah mengasumsikan rupiah di angka Rp16.100 per dolar Amerika Serikat (AS).

Gubernur BI Perry Warjiyo enggan menyampaikan proyeksinya terkait kondisi rupiah untuk tahun depan. Namun, rencananya, Bank Indonesia akan memberikan sejumlah pandangan soal rupiah kepada DPR pada pekan depan. 

"Itu tentu saja hak prerogatif pemerintah dan Banggar [Badan Anggaran DPR] untuk bagaimana menggunakan pandangan-pandangan. Untuk pembahasan yang akan datang tunggu tanggal 27 [Agustus 2024] ya, itu jadwalnya ada Banggar,” tuturnya dalam konferensi pers, Rabu (21/8/2024).

Juni lalu, saat pembahasan Kerangka Ekonomi Makro & Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun Anggaran 2025, Perry memperkirakan nilai tukar rupiah pada 2025 akan menguat. 

BI melihat rupiah akan mencapai rata-rata pada rentang Rp15.300 hingga Rp15.700 per dolar AS pada 2025. Artinya, terdapat pandangan bahwa rupiah akan menguat dari posisi saat ini.

"Kalau yang dulu, adalah rata-rata Rp15.300 sampai dengan Rp15.700. Itu waktu pembahasan di Banggar maupun Komisi XI yang dulu," jelasnya. 

Pemerintah dalam Buku II Nota Keuangan RAPBN 2025 menuliskan nilai tukar rupiah tahun 2025 diperkirakan akan berada pada kisaran Rp16.100 per Dolar AS.

Melalui implementasi Peraturan Pemerintah (PP) No. 36/2023 tentang Devisa Hasil Ekspor dari Kegiatan Pengusahaan, Pengelolaan, dan/atau Pengolahan Sumber Daya Alam, harapannya semakin efektif, sehingga cadangan devisa semakin kuat, kecukupan likuiditas valas di dalam negeri terjaga, dan risiko volatilitas nilai tukar rupiah juga dapat lebih ditekan. 

Untuk diketahui, peraturan tersebut mewajibkan eksportir menyimpan minimal 30 persen dari DHE ke dalam sistem keuangan Indonesia dalam jangka waktu tertentu. 

Adapun, per sepanjang bulan ini hingga 20 Agustus 2024, BI mencatat penguatan rupiah sebesar 5,34%. Rupiah tercatat bergerak di rentang Rp15.424—16.325 per dolar AS, dengan rata-rata sebulan terakhir di level Rp15.987 per dolar AS.

Kinerja rupiah itu lebih tinggi dibandingkan apresiasi mata uang regional seperti Baht Thailand, Yen Jepang, Peso Filipina, dan Won Korea, yang hanya sebesar 4,22%, 3,25%, 3,20%, dan 3,04%. Dengan perkembangan tersebut, apabila dibandingkan dengan level akhir Desember 2023, tingkat depresiasi rupiah lebih kecil dari depresiasi Rupee India, Peso Filipina, dan Won Korea.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper