Bisnis.com, JAKARTA— Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat total investasi industri asuransi jiwa mencapai sebanyak Rp538,80 triliun pada semester I/2024. Angka tersebut meningkat 0,01% secara tahunan (year on year/yoy) dari Rp538,77 triliun pada semester I/2023.
Investasi industri asuransi jiwa masih didominasi oleh instrumen Surat Berharga Negara (SBN) yang mencapai Rp194,60 triliun.
“Portofolio [investasi] terbesar didominasi oleh obligasi, saham dan reksadana,” kata Kepala Departemen R&D AAJI Benny Hadiwibowo dalam paparan kinerja industri asuransi jiwa oleh AAJI pada Rabu (28/8) di Jakarta.
Benny menyampaikan investasi industri asuransi jiwa terhadap SBN meningkat apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Peningkatannya mencapai 23,8% secara tahunan (year on year/yoy) dari Rp157,16 triliun pada semester I/2023.
Portofolio investasi saham di industri asuransi jiwa mencapai sebanyak Rp140,69 triliun yang mana mengalami penurunan sebanyak 11,1% yoy dari sebelumnya Rp158,18 triliun. Sementara reksadana mencapai sebanyak Rp73,10 triliun yang mana turun 23,1% yoy dari sebelumnya Rp95,07 triliun.
Penempatan investasi industri jiwa lainnya yakni sukuk korporasi sebanyak Rp46,62 triliun yang naik 6,1% dari sebelumnya Rp43,93 triliun. Deposito mencapai Rp36,16 triliun atau turun 7,1% yoy, penyertaan langsung Rp27,27 triliun yang naik 14,7% yoy, bangunan dan tanah Rp16 triliun naik 11,3% yoy.Terakhir lain-lain sebanyak Rp4,40 triliun yang turun 40,1%.
Baca Juga
Untuk hasil investasi, industri asuransi jiwa mencatat sebanyak Rp12,32 triliun. Angka tersebut menurun sebesar 26,4% jika dibandingkan dengan hasil investasi pada semester I/2023.
“Kami mencatat adanya penurunan hasil investasi yang dipengaruhi oleh volatilitas pasar saham, terutama penurunan IHSG,” kata Benny.
Meskipun demikian, lanjut Benny, pihaknya tetap berkomitmen mengelola portofolio investasi kami dengan hati-hati dan menerapkan strategi yang efektif untuk memitigasi risiko. Di sisi lain, Benny mengatakan industri menyadari kondisi ekonomi global dan domestik yang tidak menentu juga berkontribusi pada ketidakstabilan pasar dan berdampak pada hasil investasi. Selain itu, pihaknya juga memahami bahwa penurunan hasil investasi ini dapat mempengaruhi kepercayaan.
“Kami ingin memastikan bahwa kami transparan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kami. Penurunan IHSG yang signifikan adalah salah satu penyebab utama penurunan hasil investasi kami pada Semester 1 2024. Namun, kami tetap berkomitmen mengelola portofolio kami dengan bijaksana dan menjaga kepentingan nasabah sebagai prioritas utama,” tutupnya.