Bisnis.com, JAKARTA -- PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) mengungkap berbagai tantangan yang menyebabkan penurunan tajam dalam pendanaan infrastruktur.
Dalam data OJK, pembiayaan infrastruktur (PPI) mengalami koreksi signifikan sebesar 88,98% secara tahunan (year-on-year/yoy) hingga Juni 2024. Jumlah ini turun menjadi Rp11,21 triliun dibandingkan dengan Rp101,78 triliun pada Juni 2023.
Head of Legal Corporate Secretary Nastantio W. Hadi mengungkapkan kondisi ini tidak lepas dari tantangan utama yakni pendanaan infrastruktur oleh perbankan bersaing dengan kelompok PPI. Selain itu, ketidakpastian ekonomi global, pelemahan rupiah, serta tingginya suku bunga acuan dan pertumbuhan kredit perbankan turut menjadi faktor yang menghambat pendanaan sektor infrastruktur.
"Kondisi ini memperlambat pertumbuhan pembiayaan yang kami berikan dan menyebabkan sejumlah klien mempercepat pelunasan utangnya," kata Nastantio kepada Bisnis, Rabu (4/9/2024).
Dalam situasi menanyang ini, IIF tetap berusaha menjaga profitabilitas dan kualitas aset produktifnya. Meski demikian, penurunan pembiayaan infrastruktur oleh PPI juga berdampak pada penurunan total aset IIF, yang per Juni 2024 tercatat sebesar Rp14,71 triliun.
Menurutnya IIF tetap berpegang pada prinsip kehati-hatian dalam pembiayaan dan fokus pada proyek-proyek dengan tingkat pengembalian yang baik. Ia juga optimistis bahwa pendanaan infrastruktur akan meningkat seiring dengan stabilnya kondisi ekonomi global dan nasional.
Baca Juga
"Ke depan, kami berharap kondisi ekonomi akan lebih stabil, ditandai dengan penurunan suku bunga, inflasi yang terkendali, serta kondisi geopolitik yang lebih stabil," tambahnya.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa kredit perbankan untuk sektor konstruksi mencapai Rp240,87 triliun pada Mei 2024, naik 0,20% yoy dari Rp240,37 triliun pada Mei 2023. Secara bulanan, pembiayaan kredit sektor konstruksi juga meningkat 0,63% menjadi Rp242,40 triliun pada Juni 2024.