Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

YOLO hingga FOMO Incar Kesehatan Keuangan Anak Muda RI

Beberapa fenomena yang berpotensi merugikan keuangan anak muda, seperti YOLO, FOMO, hingga FOPO.
Ilustrasi pengelolaan keuangan atau financial planning./ Dok Freepik.
Ilustrasi pengelolaan keuangan atau financial planning./ Dok Freepik.

Kesehatan Finansial Anak Muda Indonesia

OJK juga mengungkapkan bahwa skor kesehatan finansial generasi muda Indonesia masih tergolong rendah. Menurut OCBC NISP Financial Fitness Index, skor kesehatan finansial generasi muda di Indonesia hanya mencapai 40,06, jauh di bawah Singapura yang memiliki skor 62.

Sekretariat Satgas Pasti OJK Hudiyanto menjelaskan meski kondisi keuangan belum stabil, akan tetapi anak muda Indonesia kerap berperilaku konsumtif yang cenderung menghabiskan uang untuk hiburan dan gaya hidup.

“Anak-anak muda di Indonesia ini mohon maaf ya, ekonominya belum kuat, uangnya masih pas-pasan. Tapi gayanya minta ampun. [Sementara] anak muda di Singapura yang mungkin orang tuanya mapan dan lain-lain itu angkanya 62,” ujarnya.

Dia pun menyoroti data yang menunjukkan 56,6% generasi Z belum mulai menyisihkan uang untuk kebutuhan di masa depan.

Berdasarkan Indonesia Gen Z Report (2022), pembelanjaan impulsif, seperti makanan dan hiburan, menghabiskan 18,69% hingga 70,59% pengeluaran Gen Z

Padahal, untuk saat ini penduduk Indonesia didominasi oleh generasi Z dan milenial. Dalam tujuh tahun ke depan, seluruh generasi Z akan memasuki usia produktif. Hal ini dinilai sebagai peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Melihat kondisi yang ada, Hudiyanto berharap agar generasi muda bisa bangkit dan mulai memperbaiki kebiasaan keuangan demi masa depan yang lebih baik, terutama dengan memperhatikan literasi dan inklusi keuangan.

Tercatat, saat ini indeks literasi keuangan di Indonesia berada di angka 65,43%, sementara indeks inklusi keuangan mencapai 75,02%, menciptakan kesenjangan (gap) sebesar 9,59%.

Kesenjangan ini berpotensi meningkatkan risiko, seperti masyarakat yang salah dalam menggunakan produk keuangan, mudah tertipu, atau tidak bisa mengelola penghasilannya dengan baik.

Bahkan, menurutnya risiko tersebut akan makin meningkat karena rendahnya literasi digital di Indonesia, yang berada di peringkat 56 dari 63 negara.

Dia pun menekankan pentingnya belajar mengelola keuangan sejak dini, dengan cara tidak konsumtif, memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan, membiasakan diri untuk berhemat, dan jika terpaksa berutang, memastikan utang tersebut untuk hal produktif.

Selain itu, generasi muda harus mulai belajar berinvestasi yang aman dan menghindari pinjaman online (pinjol) ilegal dan judi online (judol).

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper