Bisnis.com, JAKARTA - Perbankan masih gencar meluncurkan produk kartu kredit anyar di tengah peningkatan popularitas metode pembayaran lain, seperti buy now pay later (paylater).
Sebelumnya, OJK melaporkan produk paylater perbankan dan perusahaan pembiayaan per Juni 2024 masih terus mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan.
Meski porsi produk paylater perbankan masih mini yaitu hanya sebesar 0,24% dari total kredit perbankan, akan tetapi outstanding mengalami kenaikan sebesar 36,66% secara tahunan (yoy) menjadi Rp18,01 triliun.
Selain itu, OJK juga mencatat total jumlah rekening paylater perbankan telah mencapai 17,90 juta, naik dari 17,48 juta pada Juni 2024.
Pada periode yang sama, tingkat risiko kredit untuk produk BNPL perbankan juga terus mengalami perbaikan, tecermin dari adanya penurunan ke level 2,24% per Juli 2024, dari 2,5% pada Juni 2024.
Sementara, outstanding pembiayaan Buy Now Pay Later (BNPL) oleh perusahaan Pembiayaan per Juli 2024 mencatat pertumbuhan sebesar 73,55% yoy atau menjadi Rp7,81 triliun dengan NPF gross sebesar 2,82%.
Menanjaknya popularitas paylater itu tidak menyurutkan minat perbankan untuk meluncurkan produk kartu kredit baru atau memperbarui produk yang telah ada.
Kemarin, melalui keterangan resminya, Bank Mandiri mengumumkan kemitraan terbaru Bank Mandiri dengan Pertamina Patra Niaga dengan meluncurkan kembali Kartu Kredit Mandiri MyPertamina Card.
Nasabah melakukan transaksi melalui mesin anjungan tunai mandiri (ATM) milik Bank Mandiri di Jakarta, Rabu (4/1/2023). /Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
SEVP Micro & Consumer Finance Bank Mandiri Saptari mengungkapkan bahwa pihaknya terus berupaya mendorong inovasi melalui perluasan ekosistem untuk mempermudah transaksi nasabah.
“Peluncuran ulang ini merupakan hasil dari penyempurnaan produk sebelumnya dengan tujuan memberikan pengalaman yang lebih baik bagi nasabah,” katanya dalam keterangan resmi, Minggu (29/9/2024).
Selain berupaya menghadirkan solusi keuangan sebagaimana kebutuhan nasabah, Bank Mandiri juga menawarkan beragam keuntungan mulai dari welcome bonus e-voucher MyPertamina senilai Rp 200 ribu, bebas iuran tahunan di tahun pertama hingga akses eksklusif ke airport lounges dan airport merchants, dan lainnya.
Menurut Saptari, kartu ini juga memberikan akses lebih ke berbagai fitur di aplikasi Livin' by Mandiri, seperti virtual card, kemudahan transaksi QRIS dengan sumber dana dari kartu kredit, serta fitur unggulan Power Installment yang memungkinkan cicilan hingga 36 bulan. Terdapat pula Power Cash untuk penarikan dana instan dengan bunga mulai dari 0%.
Bank Mandiri mencatat, nasabah kartu kredit telah menembus 2 juta pada Agustus 2024, atau naik sebesar 8% secara tahunan.
Bank dengan nilai aset konsolidasi terbesar di Tanah Air itu juga membukukan kenaikan realisasi volume transaksi kartu kredit sebesar Rp41,3 triliun, meningkat 29% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Sejumlah bank masih gencar merilis beragam produk kartu kredit. Misalnya saja, PT Bank DBS Indonesia yang merilis Kartu Kredit digibank Z Visa Platinum yang terbuat dari bahan yang didaur ulang. DBS Indonesia pun menargetkan 50.000 kartu bisa terbit hingga akhir 2024.
Consumer Banking Director DBS Indonesia Melfrida Gultom menyampaikan peluncuran ini juga menjadi upaya menjaga daya saing DBS Indonesia di pasar di tengah layanan paylater yang makin populer.
Dia juga menyebut milenial dan Gen Z yang berumur 25—30 tahun ini berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan kredit. Pasalnya, segmen ini berada dalam kelompok usia produktif dan sering kali aktif dalam transaksi digital dan konsumsi produk keuangan seperti kartu kredit.
"Untuk Z Card ini 2024 ini kami targetkan 50.000 [kartu]. Adapun, dengan target yang cukup ambisius ini, saya rasa jelas kita menyikapi penurunan tingkat suku bunga dengan positif lewat pilihan produk," ujarnya kepada Bisnis, Jumat (20/9/2024).
UOB Indonesia
Tak hanya DBS Indonesia, PT Bank UOB Indonesia bersama PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) juga misalnya, yang meluncurkan produk kartu kredit co-branded anyar yakni UOB Telkomsel.
Consumer Banking Director UOB Indonesia Cristina Teh Tan menjelaskan bahwa kerja sama dengan penyedia layanan telekomunikasi pelat merah tersebut dijalin atas kebutuhan gaya hidup digital nasabah, tak terkecuali segmen Gen Z.
Menurutnya, gaya hidup digital Tanah Air telah berkembang pesat selama beberapa tahun terakhir, misalnya dalam hal penetrasi internet dan opsi berbelanja secara daring melalui lokapasar alias e-commerce.
Cristina memaparkan, pengguna internet dalam negeri saat ini telah mencapai 185,3 juta orang, yang mana 11,7% segmen Gen Y dan Gen Z tercatat memiliki pengeluaran rutin untuk hiburan dan rekreasi. Sementara itu, pihaknya juga mencatat bahwa 59,3% pengguna internet melakukan pembelian secara online tiap minggunya.
Pada saat yang sama, Cards & Payment Head UOB Indonesia Herman Soesetyo menyebut bahwa geliat bisnis paylater itu tak serta-merta berujung pada masalah kompetisi dengan produk konvensional perbankan, dalam hal ini kartu kredit. Pasalnya, dia menilai ada kesempatan yang bisa dieksplorasi dari situasi tersebut.
"Jadi, kita lihat ke depannya pasti ada jalan paylater bisa berkolaborasi dengan kartu kredit," katanya.
Dia menjelaskan, secara prinsip, banyak fitur dari BNPL yang telah ada dalam installment kartu kredit sejak waktu yang lama. Hal ini menandakan bahwasanya terdapat banyak kerja sama yang bisa dicapai antara kedua produk tersebut, mengingat hal serupa juga telah berjalan di industri keuangan.