Bisnis.com, JAKARTA - Meskipun secara umum diperkirakan masih akan terus mengalami penurunan, tetapi terdapat potensi untuk sejumlah bank menaikkan suku bunga simpanan karena kebutuhan likuiditas.
Berdasarkan Laporan Perkembangan Pasar Keuangan yang dirilis Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), terdapat potensi peningkatan suku bunga simpanan pada level individual bank yang didorong oleh kebutuhan likuiditas untuk mendanai ekspansi kredit, mengingat aktivitas penyaluran kredit yang masih cukup tinggi.
“Di sisi lain, operasi moneter perbankan yang masih didominasi oleh SRBI dengan tenor panjang turut membatasi penurunan suku bunga simpanan,” tulis LPS dalam laporannya yang dikutip pada Selasa (3/12/2024).
Pada saat yang sama, suku bunga simpanan Rupiah dan Valas diperkirakan masih akan mengalami penurunan dengan laju yang cukup terbatas sejalan dengan kondisi likuiditas pasca pemangkasan BI-Rate serta arah pemangkasan suku bunga kebijakan global, termasuk The Fed.
Adapun, suku bunga simpanan perbankan cenderung bergerak turun di tengah ekspektasi pemangkasan suku bunga kebijakan lanjutan. Rata-rata suku bunga deposito Rupiah (22 days moving average) perbankan turun 3 basis poin (bps) ke level 4,14% secara bulanan per 31 Oktober 2024.
Berdasarkan kelompok bank berdasarkan modal inti (KBMI), suku bunga pada KBMI 1 turun 4 bps ke level 4,34%, KBMI 2 stabil pada level 3,98%, KBMI 3 turun 4 bps ke level 3,88%, sementara KBMI 4 turun 12 bps ke level 3,12%.
Pada periode yang sama, suku bunga simpanan valuta asing mengalami penurunan merespons pemangkasan suku bunga kebijakan. Suku bunga valas industri perbankan turun 7 bps ke level 1,96%, sementara penurunan juga terjadi pada seluruh kelompok bank.
Suku bunga KBMI 1 turun 4 bps ke level 2,04%, KBMI 2 turun 4 bps ke level 1,65%, KBMI 3 turun 17bps ke level 2,32%, sementara itu KBMI 4 turun 7 bps ke level 1,75%.
Sebelumnya, Pengamat Perbankan dan Praktisi Sistem Pembayaran dan Dosen Tidak Tetap Perbanas Institute Jakarta Arianto Muditomo mengatakan bahwa kenaikan suku bunga SRBI bertujuan untuk mendorong masuknya dana asing ke dalam negeri sekaligus menarik kembali dana investor domestik yang diinvestasikan di luar negeri.
“Secara teori dan praktis suku bunga surat berharga pemerintah akan menjadi acuan bisnis untuk memberikan pricing sisi dana dan pembiayaan,” ujarnya kepada Bisnis.
Bank, lanjutnya, harus menjaga likuiditas yang memadai sambil mengoptimalkan keuntungan dari gap suku bunga, dengan demikian kemampuan bank untuk menghimpun dana murah menjadi sangat penting.
“Bank harus mampu menciptakan daya tarik nasabah untuk menempatkan dananya tidak semata dari bunga tinggi,” ucapnya.
Arianto juga menambahkan bahwa dampak kenaikan biaya dana akan bergantung pada kemampuan masing-masing bank dalam mengelola gap suku bunga. Hal ini penting untuk memastikan kecukupan likuiditas yang diperlukan dalam membiayai ekspansi kredit baru dan memenuhi pencairan fasilitas pinjaman yang telah disepakati.