Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trump Dilantik, Ekonom Tak Yakin BI Lanjut Turunkan Suku Bunga

Adanya prediksi The Fed hanya menurunkan suku bunga satu kali membuat peluang Bank Indonesia untuk lanjut turunkan BI Rate mengecil.
Logo Bank Indonesia (BI) di kantor pusat Bank Indonesia, Jakarta pada Kamis (23/11/2023). / Bloomberg-Rosa Panggabean
Logo Bank Indonesia (BI) di kantor pusat Bank Indonesia, Jakarta pada Kamis (23/11/2023). / Bloomberg-Rosa Panggabean

Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Riset Bidang Keuangan Center of Reform on Economics atau Core Indonesia Etikah Karyani meyakini Bank Indonesia tidak akan melanjutkan tren penurunan suku bunga acuan alias BI Rate, meski kurs rupiah menguat usai pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat periode 2025—2029.

Etikah sendiri melihat pasar sedikit kaget karena Bank Indonesia (BI) memutuskan menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,75%. Menurutnya, keputusan tersebut diambil BI karena ingin mendukung upaya pemerintah meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi.

Pemangkasan BI Rate, tambahnya, diharapkan menurunkan biaya dana (cost of fund) perbankan. Dengan demikian, terjadi peningkatan penyaluran kredit yang mendorong daya beli hingga investasi.

Masalahnya, Etikah menekankan bahwa kurs rupiah sangat tergantung dengan kebijakan moneter di AS. Dia pun mengungkit bahwa Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan bank sentral AS The Fed hanya akan menurunkan suku bunga acuan sebanyak satu kali selama 2025.

Oleh sebab itu, kejutan BI yang menurunkan BI Rate pada Januari 2025 tidak akan berlanjut pada bulan-bulan ke depan.

"Ketika The Fed diprediksi hanya sekali [menurunkan suku bunga], peluang BI untuk melakukan intervensi [melanjutkan tren penurunan BI Rate] lebih kecil lagi," jelas Etikah di Kantor Core Indonesia, Jakarta Selatan, Selasa (21/1/2025).

Pengajar di Indonesia Banking School itu pun memproyeksikan kurs rupiah akan sulit menguat ke bawah Rp16.000 sepanjang tahun ini. Ketidakpastian global seperti perang dagang AS-China jilid II, sambungnya, akan terus menekan nilai tukar rupiah.

"[Kurs rupiah] antara Rp16.000—Rp17.000 per dolar AS sampai akhir tahun," ramal Etikah.

Sebagai informasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat ke Rp16.343 pada perdagangan Selasa (21/1/2025) atau usai Trump dilantik menjadi presiden AS periode 2025—2029. Saat bersamaan, mayoritas mata uang Asia menguat sedangkan dolar AS loyo.

Mengutip Bloomberg, rupiah menguat 24,50 poin atau 0,15% ke level Rp16.343 per dolar AS pada hari ini. Adapun, indeks dolar AS ambles 0,80% ke posisi 108,47.

Sementara itu, mata uang lain di Asia juga mayoritas menguat. Ringgit Malaysia naik 0,36%, baht Thailand menguat 0,11%, dan rupee India naik 0,04%. Adapun yen Jepang melemah 0,08% dan yuan China memerah dengan persentase 0,07%.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper