Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Kurangi Belanja, Ekonom Permata (BNLI) Optimistis Kredit Bank Tumbuh 10%

Laju pertumbuhan kredit perbankan nasional diprediksi masih akan berada pada kisaran 10% secara tahunan (year on year/YoY).
Pegawai menyortir uang rupiah di cash center atau pusat kas BNI di Jakarta./Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menyortir uang rupiah di cash center atau pusat kas BNI di Jakarta./Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Laju pertumbuhan kredit perbankan nasional diprediksi masih akan berada pada kisaran 10% secara tahunan (year on year/YoY) hingga akhir 2025 meski pemerintah melakukan efisiensi di semua lini.

Chief Economist PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede mengatakan proyeksi pertumbuhan kredit perbankan tersebut didasarkan pada potensi perekonomian dalam negeri.

"Seperti yang sudah kami sampaikan, proyeksi pertumbuhan kredit berada pada kisaran 10,78%. Perkiraan ini didasarkan pada pertumbuhan PDB nominal yang tetap kuat, mendekati 8%," katanya dalam media briefing secara virtual, Senin (10/2/2025).

Menurutnya, pertumbuhan tersebut akan didorong terutama oleh pertumbuhan kredit investasi, yang realisasinya masih cukup tinggi pada 2024 lalu.

Terkait strategi, dia berpendapat bahwa banyak bank akan lebih selektif dalam menyalurkan kredit, menyesuaikan dengan kondisi likuiditas mereka.

Namun, kebijakan dari Bank Indonesia (BI) dinilai tetap akan longgar, khususnya melalui kebijakan likuiditas makroprudensial (KLM), sehingga bank dapat memacu pertumbuhan kredit.

"Kebijakan ini bisa menjadi strategi bagi perbankan untuk memanfaatkan berbagai inisiatif Bank Indonesia dan pemerintah, termasuk program likuiditas untuk sektor padat karya," sambungnya.

Terkait instrumen surat berharga, Josua mengungkapkan bahwa kepemilikan bank terhadap Surat Berharga Negara (SBN) meningkat pada awal tahun, sementara penempatan dana di Sekuritas Rupiah BI (SRBI) tercatat menurun.

Menurutnya, hal ini menimbulkan pertanyaan apakah daya tarik SBN meningkat, sehingga dapat menjadi kompensasi dalam mengatasi tantangan likuiditas bagi perbankan.

"Strategi lainnya yang perlu diperhatikan adalah struktur pendanaan bank. Sebelum mempercepat ekspansi kredit, bank harus memastikan kondisi likuiditasnya tetap stabil agar tidak menimbulkan biaya pendanaan yang lebih mahal ke depannya," tutur Josua.

Berdasarkan catatan Bisnis, Bank Indonesia (BI) memperkirakan kinerja kredit akan melanjutkan pertumbuhan yang positif pada 2025, yakni pada rentang 11% hingga 13%.

Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial (DKMP) BI, Nugroho Joko Prastowo, menyampaikan bahwa pertumbuhan yang lebih tinggi tersebut bakal terdorong oleh kebijakan pemerintah, seperti peningkatan anggaran perlindungan sosial hingga insentif Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 untuk sektor padat karya.

"Kebijakan pemerintah berpotensi mendorong perbaikan prospek kinerja korporasi, rumah tangga, dan UMKM," ujarnya, dikutip Minggu (9/2/2025).

Pada 2024 lalu, bank sentral Tanah Air mencatat laju pertumbuhan kredit perbankan sebesar 10,39% YoY. Berdasarkan kelompok penggunaan, kredit investasi tumbuh 13,62% YoY, kredit konsumsi tumbuh 10,61% YoY, serta kredit modal kerja tumbuh 8,35% YoY.

Sementara itu, pembiayaan syariah tercatat tumbuh sebesar 9,87% YoY, sedangkan kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tumbuh 3,37% YoY.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper