Bisnis.com, JAKARTA – Seruan untuk menarik dana dari bank-bank BUMN muncul di media sosial menjelang peluncuran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara alias BPI Danantara.
Pasalnya, embrio superholding BUMN itu dicanangkan bakal mengelola aset entitas usaha yang berada di bawahnya, tak terkecuali BUMN perbankan.
BPI Danantara, yang akan diluncurkan pada 24 Februari 2025, diperkirakan memiliki aset kelolaan hingga Rp14.715 triliun. Kekhawatiran warganet muncul karena pengelolaan dana jumbo ini, termasuk jika dana simpanan nasabah akan dipakai Danantara.
Menanggapi hal ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) buka suara. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae memastikan bahwa tak ada yang perlu dikhawatirkan dari kondisi bank-bank BUMN saat ini.
"Sampai saat ini tidak ada penarikan-penarikan seperti itu," ujarnya saat dihubungi pada Rabu (19/2/2025).
Menurutnya, hal terpenting bagi OJK adalah memonitor secara ketat kondisi bank-bank tersebut, termasuk apakah ada kondisi yang tidak biasa terjadi, seperti penarikan dana yang cukup besar di bank-bank BUMN.
Baca Juga
Selain itu, Dian menyampaikan bahwa masyarakat saat ini bisa lebih bijak dalam menyikapi isu-isu yang viral di media sosial, termasuk ajakan penarikan dana.
"Saya kira masyarakat kita sudah cukup dewasa menyikapi isu-isu seperti ini dan memahami profil bank-bank BUMN yang sangat baik," jelasnya.
Selain itu, dilansir dari akun Instagram OJK @ojkindonesia, penyebar ajakan penarikan uang di bank atau rush money bisa terancam Pasal 28 Ayat 1 Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).
Hukuman yang menanti adalah pidana penjara paling lama enam tahun dan/atau denda paling banyak Rp1 miliar.
Sementara itu, Bisnis telah mencoba menghubungi Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa terkait fenomena ini, kendati tak mendapatkan respons.
Adapun terkait eksistensi Danantara, Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan mengaku optimistis. Dia mengklaim BPI Danantara telah mendapatkan pujian dari Temasek—perusahaan investasi global yang berpusat di Singapura.
Luhut menyampaikan bahwa Temasek telah melakukan kunjungan ke kantornya pada Selasa (18/2/2025) malam dan menanyakan perihal Danantara.
“Mereka juga terkagum-kagum kita bisa mengonsolidasikan aset negara yang nilainya bisa mencapai beberapa ratus miliar dolar. Saya kira itu dividen saja. Kalau kita buat untuk investasi, kita bisa generate sampai US$25 miliar,” ujarnya dalam Kumparan The Economic Insights 2025, Rabu (19/2/2025).
Hal yang menjadi penting, kata Luhut, pemerintah sekarang tengah menyiapkan proyek-proyek yang akan menjadi sasaran investasi Danantara.
Mulai dari potensi 2,2 juta hektare rumput laut atau seaweed, yang mampu menyerap jutaan lapangan kerja, potensi energi hijau atau green energy sebesar 60—70 gigawatt, genome sequencing, dan artificial intelligence (AI).
Selain itu, potensi proyek yang akan diinvestasikan oleh Danantara mencakup hilirisasi mineral kritis serta sektor perikanan hingga budi daya