Bisnis.com, JAKARTA — Dana pensiun berbondong-bondong menarik portofolio investasi mereka dari saham pada periode 2024 lalu. Berdasarkan data statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK), semua dana pensiun baik Dana Pensiun Pemberi Kerja Program Pensiun Manfaat Pasti (DDPK PPMP), DPPK Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) menarik sejumlah penempatan investasi mereka dari pasar saham.
Staf Ahli Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Bambang Sri Muljadi melihat fenomena tersebut sebagai strategi yang dilakukan dana pensiun untuk mengurangi risiko akibat volatilitas harga saham.
Seperti diketahui, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang periode 2024 lalu ditutup dengan torehan kontraksi sebesar 2,65% year to date (ytd).
"Bila sudah ada gain [keuntungan] pasti di-redempt [dilepas] dulu dialihkan ke fixed income seperti SBN [surat berharga negara] atau SRBI [sekuritas rupiah Bank Indonesia] atau deposito," kata Bambang kepada Bisnis, dikutip Minggu (9/3/2025).
Data OJK mencatat portofolio investasi DPPK PPMP di saham per Desember 2024 turun 13,63% year on year (YoY) menjadi Rp15,99 triliun, sementara di DPPK PPIP juga turun 8,80% YoY menjadi Rp6,32 triliun dan di DPLK juga turun 5,51% YoY menjadi Rp2,52 triliun.
Pada saat yang sama, portofolio investasi dana pensiun untuk penampatan di SBN per akhir 2024 tercatat melonjak. Rinciannya, DPPK PPMP tumbuh 5,41% YoY menjadi Rp74,04 triliun. Kemudian DPPK PPIP tumbuh 9,37% YoY menjadi Rp20,69 triliun dan DPLK tumbuh 10,63% YoY menjadi Rp41,96 triliun.
Baca Juga
"Investasi saham sangat tergantung dari pasar. Ketika pasar masih volatile maka porsi saham akan turun, tapi kalau saham prospek naik pasti akan naik walau tidak begitu signifikan," tandasnya.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Tondy Suradiredja memproyeksi imbal hasil investasi dana pensiun khusus untuk DPLK pada tahun ini berada di rentang 5,5% sampai 5,75%.
"Kalau saya tetap berpandangan BI rate tidak akan bergerak jauh, di angka 5,5% sampai 5,75% untuk menjaga inflasi, sehingga rata-rata proyeksi pengembalian investasi industri DPLK tahun 2025 juga berkisaran di angka tersebut, atau mungkin sedikit berada di atas itu," kata Tondy kepada Bisnis, Senin (3/3/2025).
Tondy menjelaskan tantangan investasi industri dana pensiun DPLK tahun ini sebetulnya lebih kepada mengupayakan lebih banyak pergeseran dari pasar uang (money market) ke pendapatan tetap (fixed income) melalui penerapan life cycle fund, yaitu asset matching liabilities.
"Dalam hal DPLK tentunya disesuaikan dengan lama menabung. Makin lama masa kepesertaan maka diupayakan pilihan investasinya lebih berisiko seperti equity atau fixed income. Sedangkan makin dekat dengan masa pensiun, sedikit-sedikit portofolio berubah ke money market," jelasnya.