Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan multifinance PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance) terus memperkuat ketahanan finansialnya di tengah tantangan volatilitas pasar yang kian dinamis.
Direktur Utama BRI Finance Wahyudi Darmawan mengungkapkan perusahaan menyadari bahwa volatilitas pasar merupakan tantangan yang harus dihadapi karena berpotensi menyebabkan peningkatan biaya pendanaan.
“BRI Finance menyadari bahwa volatilitas pasar merupakan tantangan yang harus dihadapi. Di mana hal tersebut akan menyebabkan peningkatan biaya pendanaan,” kata Wahyudi kepada Bisnis pada Selasa (25/3/2025).
Namun demikian, Wahyudi menegaskan bahwa sebagai bagian dari BRI Group, BRI Finance memiliki keunggulan dalam hal akses pendanaan. Hal ini memungkinkan BRI Finance untuk menjaga stabilitas di tengah kondisi pasar yang tidak menentu.
Untuk menjaga efisiensi biaya dana (cost of fund) dan stabilitas keuangan perusahaan, BRI Finance fokus pada pengelolaan risiko kredit secara ketat, khususnya dalam menjaga kualitas aset pembiayaan dan efektivitas portofolio aset serta liabilitas. Strategi ini dilakukan guna mempertahankan kinerja yang sehat dan berkelanjutan.
“Selain itu, sinergi dengan perusahaan induk melalui skema pembiayaan joint financing untuk meningkatkan profitabilitas juga dilakukan untuk menjaga cost of fund,” kata Wahyudi.
Baca Juga
Pada 2025, Wahyudi mengatakan BRI Finance menaruh perhatian besar pada segmen pembiayaan konsumer, khususnya penyaluran fasilitas dana tunai atau refinancing. Strategi yang digunakan antara lain penguatan captive market melalui sinergi dengan BRI, inovasi produk yang relevan dengan kebutuhan pasar, serta ekspansi melalui joint financing.
Dalam menjaga kepercayaan publik dan pemangku kepentingan, BRI Finance secara rutin menyampaikan laporan keuangan dan kinerja perusahaan secara transparan melalui laporan tahunan dan laporan keberlanjutan.
Dari sisi tata kelola, BRI Finance berkomitmen menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) secara ketat untuk memastikan pengelolaan bisnis sesuai regulasi.
“Terakhir, rencana penerbitan obligasi sedang dalam pertimbangan dan detail lebih lanjut mengenai waktu pelaksanaan akan ditentukan setelah RUPST [Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan] yang dijadwalkan pada April mendatang,” katanya.