Bisnis.com, JAKARTA — Sektor perbankan kini dihantui oleh bayang-bayang transformasi digital yang berlangsung sangat cepat. Saat ini, teknologi telah menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia sekaligus barang yang bernilai istimewa.
Meskipun demikian, teknologi bukanlah barang eksklusif. Teknologi mampu merambah ke berbagai tempat dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Hanya dengan bermodalkan koneksi internet dan telepon seluler, masyarakat sudah bisa menikmati layanan berbasis teknologi yang semakin canggih.
Tanpa disadari, pesatnya perkembangan teknologi membuat masyarakat semakin menginginkan gaya hidup yang lebih simpel dan serba cepat tanpa perlu mengeluarkan tenaga ekstra.
Seperti contohnya, nasabah bank kini bisa bertransaksi tanpa harus datang ke kantor cabang atau mesin ATM. Faktanya, masyarakat semakin nyaman dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh perkembangan teknologi tersebut.
Hal ini mendorong sejumlah bank melakukan transformasi digital demi memberikan kenyamanan lebih bagi nasabah. Bahkan, kini mulai bermunculan bank digital yang menawarkan berbagai kemudahan, seperti pembukaan rekening tanpa perlu datang langsung ke bank.
Merujuk data dari Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), pertumbuhan pengguna ponsel meningkat signifikan pada periode 2015 hingga 2018. Namun, sejak 2018 pertumbuhannya mulai melambat meskipun jumlah pengguna tetap tinggi dan stabil dari 2019 hingga 2023.
Baca Juga
Data Celios juga menunjukkan bahwa penetrasi internet meningkat tajam dari 24,23% menjadi 73,70% pada 2019 hingga 2020, namun setelahnya cenderung stagnan.
Direktur Ekonomi Digital Celios Nailul Huda mengatakan menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pengeluaran konsumsi internet meningkat drastis dari Rp84.297,06 pada 2018 menjadi Rp146.188,50 di tahun 2023.
Dari data tersebut, masyarakat dinilai semakin bergantung pada layanan digital dan bersedia mengalokasikan dana lebih besar untuk akses internet.
"Masyarakat sudah mulai enggan melakukan transaksi keuangan secara fisik, seperti pergi ke kantor cabang atau ATM. Mereka kini lebih memilih menggunakan online banking atau aplikasi mobile," ujarnya dikutip Minggu (20/4/2025).
Huda juga menyampaikan bahwa nilai pembayaran digital melonjak dari Rp473,44 triliun pada 2019 dan diproyeksikan akan meningkat hingga menyentuh Rp2.908,59 triliun di 2025.
Selain itu, penyaluran pinjaman daring meningkat hampir enam kali lipat, dari Rp58,83 triliun pada 2019 menjadi proyeksi Rp365,70 triliun di 2025. Hal ini menunjukkan tingginya kebutuhan akan akses pendanaan digital.
"Hal ini mencerminkan adopsi teknologi pembayaran yang semakin meluas serta adanya pergeseran signifikan dari transaksi tunai ke digital," kata Nailul.
Menurutnya, terdapat tantangan serius bagi sektor keunagna di tengah kemajuan teknologi. Salah satunya, keamanan digital menjadi persoalan utama dengan nilai paling rendah dibandingkan dimensi lainnya, khususnya dalam kesiapan sistem perusahaan menghadapi ancaman virus atau malware.
Selain itu, biaya kejahatan siber terus mengalami peningkatan dari US$2,66 miliar pada 2016 hingga diproyeksikan mencapai US$6,48 miliar pada 2028.
"Ini menunjukkan bahwa ancaman siber terus berkembang dan menyebabkan kerugian finansial yang semakin besar," ucapnya.
Dia memproyeksikan investasi di sektor keamanan siber akan terus meningkat, seiring dengan tingginya risiko serangan siber yang dihadapi perusahaan dan organisasi.
Dia berharap digital talent bisa memberikan nilai tambah ke depannya seperti talenta yang memang memiliki spesialis untuk pengembangan kecerdasan buatan di sektor finansial.
"Jangan sampai diisi oleh talenta-talenta asing," tutur Nailul.
Sementara itu, Direktur Pengembangan Ekosistem Digital Kementerian Komunikasi Sonny Hendra Sudaryana menuturkan ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi digital alias digital talent. Indonesia masih mengalami kesenjangan dalam hal talenta digital, terutama di bidang keamanan siber, pengembangan perangkat lunak, dan analisis data.
"Kita butuh lebih banyak digital talent, tidak hanya dari sisi jumlah tetapi juga dari sisi kualitas," ujarnya.
Sonny menambahkan jaringan serat optik Palapa Ring telah mencapai panjang sekitar 12.128 km, menjangkau seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke, serta dari Miangas ke Rote. Untuk wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar), mayoritas masyarakat masih bergantung pada jaringan nirkabel. Meskipun demikian, penetrasi internet di wilayah 3T telah mencapai 82,6% berkat kombinasi berbagai teknologi.
"Pemerintah dan operator terus berupaya meningkatkan penetrasi jaringan fiber optic di daerah 3T melalui kolaborasi lintas sektor dan inovasi pembiayaan," katanya.
Adapun nilai transaksi perbankan digital mencapai Rp15.881,53 triliun pada 2024, tumbuh sekitar 16,15% dibandingkan tahun sebelumnya.
Selain sistem pembayaran, perkembangan teknologi juga berdampak pada layanan pinjaman. Masyarakat kini semakin mudah memperoleh pinjaman tanpa harus datang ke kantor fisik bank.
"Ini menandakan adopsi digital yang semakin luas serta meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap sistem pembayaran digital," ucap Sonny.
Terpisah, Head of TMRW UOB Indonesia Glenn Natamihardja berpendapat perkembangan teknologi di sektor finansial khususnya perbankan sangat diperlukan. Salah satunya makin terasanya persaingan, walaupun tujuan pengembangan teknologi ini untuk memberikan kenyaman bagi nasabah. Saat ini perbankan tengah fokus untuk mengembangkan penggunaan artificial intelligence (AI) guna mempercepat proses layanan pelanggan.
"Kami sedang mendiskusikan bagaimana AI dapat membantu agen dalam menemukan referensi-referensi yang diperlukan saat pelanggan menghubungi kami melalui call center atau chatbox," ucapnya.
Dia menilai tujuan utama dari pengembangan teknologi perbankan ini adalah untuk memperlengkapi customer service dalam memberikan solusi yang lebih cepat dan efisien kepada nasabah.
Gleen menambahkan UOB Indonesia selalu melakukan assessment terhadap keamanan serta risiko-risiko yang ada. Apalagi adanya kasus cyberattack yang berentet terjadi belakangan ini, dengan target salah satunya ke perbankan.
"Jadi kami itu secara rutin meningkatkan keamanan sebagai contoh supaya UOB Tomorrow itu tidak beroperasi di platform yang sudah terkontaminasi," jelasnya.