Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Potensi Besar Asuransi Syariah di Bawah Bayang-Bayang Industri Konvensional

Industri asuransi syariah memerlukan terobosan dalam produk, teknologi, hingga hubungan bisnis dengan retakaful untuk bersaing dengan asuransi konvensional.
Pegawai memotret logo asuransi syariah dan Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) di Jakarta. / Bisnis-Himawan L Nugraha
Pegawai memotret logo asuransi syariah dan Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) di Jakarta. / Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Industri asuransi syariah di Indonesia disebut memiliki potensi besar untuk bisa tumbuh. Selama ini, industri asuransi syariah di Tanah Air selalu berada di bawah bayang-bayang industri asuransi konvensional yang lebih eksis.

Ketua Sekolah Tinggi Manajemen Risiko dan Asuransi (STIMRA) Abitani Taim mengatakan industri asuransi syariah bisa mengisi potensi besarnya ekosistem industri halal di Indonesia. Namun, menurutnya tantangan terbesar adalah sumber daya manusia yang terbatas, termasuk pola pikir atau mindset terhadap industri asuransi syariah. 

"Sebagai industri yang relatif muda, asuransi syariah dihadapkan kepada industri asuransi konvensional yang sudah besar dan lebih dahulu eksis. Ini menuntut industri syariah melakukan terobosan kreatif sesuai dengan syariah, termasuk dalam pembuatan produk, keuangan, teknologi, permodalan serta hubungan bisnis dengan re-takaful yang berbeda dengan indusri asuransi konvensional," kata Abitani kepada Bisnis, dikutip pada Minggu (11/5/2025).

Bicara ihwal potensi, pemerintah menghitung proyeksi nilai industri halal di Indonesia pada 2025 mencapai US$249 miliar. Angka tersebut merupakan 10% dari total nilai industri halal dunia sebesar US$2.597 miliar. Abitani melihat industri halal ini bisa menjadi ceruk pasar potensial.

"Industri asuransi syariah adalah pendukung dan pendorong industri halal, di mana asuransi syariah dapat membantu melindungi pelaku dan investasinya dalam industri halal. Karena pada dasarnya industri halal itu dari hulu sampai hilir, dari sumber pendanaan, pelaksanaan, penyaluran dan pemanfaatannya harus sesuai dengan kaidah syariah," ujarnya.

Maka untuk menyambut peluang besar tersebut, Abitani menilai industri asuransi syariah perlu melakukan strategi berupa menyediakan produk asuransi syariah yang sesuai dengan kebutuhan, serta melakukan literasi kepada seluruh pemangku kepentingan di dalam industri asuransi syariah.

"Perusahaan asuransi syariah juga harus dapat meningketkan keprofesionalan mereka dan menunjukkan kemampuan dan kredibilitas. Kolaborasi antar perusahaan asuransi syariah perlu diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan pasar industri halal di Indonesia," pungkasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper