Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Penjualan Eceran Melambat pada Maret 2025, Ekonom Dorong Gaji ke-13 PNS

Penjualan eceran Maret 2025 yang tercatat tumbuh melambat memberikan sinyal langkah pengusaha ke depan menunda ekspansi bisnis.
Pedagang cabai menghitung uang di Pasar Senen, Jakarta, Sabtu (18/1/2025). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pedagang cabai menghitung uang di Pasar Senen, Jakarta, Sabtu (18/1/2025). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Penjualan eceran Maret 2025 yang tercatat tumbuh melambat menjadi sinyal bagi pelaku usaha untuk menyesuaikan strategi ekspansi bisnis.

Bank Indonesia melaporkan kinerja penjualan eceran Maret 2025 yang tercermin dari Indeks Penjualan Riil/IPR tumbuh 5,5% secara tahunan. Lebih rendah dari Maret 2024 yang mencapai 9,3%. Padahal, dalam periode ini terdapat momen bulan Ramdan dan Idulfitri yang secara historis menjadi momen peningkatan permintaan ritel.

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai kondisi Maret 2025 yang memiliki momentum Ramadan dan Idulfitri menjadi sinyal kondisi ekonomi sektor rill.

Dia meramalkan, pada kuartal II/2025 ini pun konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tumbuh lebih lambat dari kuartal I/2025. Untuk mendorong penjualan riil, Yusuf menuturkan bahwa diperlukan dorongan yang besar untuk menggerakkan perekonomian.

“Jika tidak, maka saya kira pesannya jelas, dengan potensi perlambatan permintaan maka pelaku usaha juga akan melihat kembali rencana ekspansi mereka di sisa kuartal tahun ini,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (14/5/2025).

Yusuf memandang para pengusaha sudah tentu akan menahan diri untuk tidak menambah kapasitas produksi mereka dengan prospek permintaan yang melambat.

Apalagi, mereka juga harus menyesuaikan dengan faktor global yang masih harus dihadapkan pada ketidakpastian akibat perang dagang yang disulut oleh Amerika.

“Saya kira, saat ini stimulus atau belanja pemerintah bisa menjadi opsi yang dapat mendorong perekonomian. Faktor seperti gaji ketiga belas, saya kira juga bisa menjadi pendorong konsumsi dan pada akhirnya akan berkontribusi pada penjualan riil, meskipun saya kira pada level terbatas,” lanjutnya.

Untuk diketahui, Bank Indonesia (BI) juga melaporkan pada April atau bertepatan dengan masa libur Idulfitri, penjualan eceran juga diprediksi bakal terkontraksi secara bulanan dan tahunan masing-masing sebesar 6,9% dan 2,2%.

Sementara itu, Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN), Hosianna Evalita Situmorang, melihat perlambatan tersebut menandakan moderasi konsumsi pasca-Ramadan.

“Hal ini berpotensi menahan rencana ekspansi ritel, terutama di segmen non-esensial. Namun, sektor makanan-minuman, suku cadang, dan sandang tetap menjanjikan,” ujarnya.

Dalam rangka menahan perlambatan penjualan dan meningkatkan konsumsi, Hosianna mendorong pelaku ritel untuk fokus pada produk esensial dan segmen yang tetap tumbuh, seperti subkelompok sandang.

Selain itu, pelaku ritel perlu memperkuat promosi meski tanpa ada momen Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) untuk menjaga momentum penjualan. Kemudian, mengoptimalkan kanal digital, meningkatkan efisiensi operasional, dan menjalin kemitraan lokal untuk stabilitas pasokan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper