Bisnis.com, JAKARTA – PT Asuransi Jiwasraya (persero) terus mengembangkan platform digital, untuk meningkatkan pelayanan sekaligus mengefisiensi pengeluaran. Perusahaan asuransi jiwa berplat merah tersebut juga meningkatan pemanfaatan aset tidak produktif untuk meraup keuntungan.
Direktur Utama PT Asuransi Jiwasraya (persero) Hexana Trisasongko mengatakan, perseroan tengah fokus pada pengembangan digital untuk meningkatkan pelayanan terhadap nasabah.
Untuk memangkas dana pengembangan ini, lanjutnya, Jiwasraya berencana menggandeng perusahaan finansial technology (fintech), sehingga kapasitas dan infrastruktur yang digunakan tidak sepenuhnya ditanggung oleh perseroan.
“Fintech untuk membantu collection mempermudah orang membayar premi saja. Jadi produk simpel saya digitalkan. Agen khusus menjual produk yang kompleks dan butuh personal touch,” kata Hexana di Jakarta, Selasa (4/12/2018).
Hexana menuturkan, untuk sementara ini produk yang dipasarkan lewat digital bersifat mikro, adapun kisaran premi produk tersebut masih menunggu keputusan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selaku regulator.
Selain mengembangkan platform digital, upaya lain yang dilakukan Jiwasraya dalam mendongkrak pendapatan premi adalah memanfaatkan aset yang kurang produktif.
Beberapa aset yang dimiliki Jiwasraya dikerjasamakan dengan pihak lain, sehingga dapat memberikan pendapatan tambahan bagi perusahaan asuransi jiwa pelat merah tersebut.
“Jiwasraya punya properti yang dulu nganggur tidak produktif, saya produktifkan. Banyak kok harta karun Jiwasraya,” kata Hexana
Sebelumnya, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selaku pemegang saham PT Asuransi Jiwasraya (persero) berkomitmen untuk tetap menjaga keberlangsungan usaha dan kesehatan Jiwasraya.
Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Survei dan Konsultan Kementerian BUMN Gatot Trihargo mengatakan, sebagai bentuk komitmen dalam menjaga keberlangsungan bisnis, Kementerian BUMN telah melakukan audit investigasi dan audit customer base.
Hal ini dilakukan menyusul kondisi Jiwasraya yang sedang menghadapi tekanan likuiditas.
"Kementerian BUMN selaku pemegang saham berkomitmen untuk tetap menjaga keberlangsungan usaha dan menjaga kesehatan Jiwasraya," kata Gatot.
Gatot menambahkan, Menteri BUMN Rini Soemarno pun telah berkordinasi langsung dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) serta dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk menangani permasalahan tekanan likuiditas yang terjadi di Jiwasraya.
Gatot menyebutkan, pada 15 Oktober, Jiwasraya telah memutuskan untuk membayarkan bunga atas 1.286 polis yang jatuh tempo senilai Rp 96,58 miliar. Pembayaran dilakukan menggunakan dana milik Jiwasraya.