Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EKSPANSI PRODUK: Mau disayang nasabah? Bank perlu investasi TI

JAKARTA: Penguatan implementasi teknologi informasi oleh perbankan diperlukan dalam meningkatkan kualitas layanan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat.Erwin Sukiato, Country Manager PT SAS Institute menjelaskan investasi teknologi informasi

JAKARTA: Penguatan implementasi teknologi informasi oleh perbankan diperlukan dalam meningkatkan kualitas layanan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat.Erwin Sukiato, Country Manager PT SAS Institute menjelaskan investasi teknologi informasi bukan hanya diperlukan perbankan untuk meningkatkan efisiensi operasional tetapi juga menaikkan kualitas layanan kepada nasabah."Dengan TI perbankan bisa memenuhi service level agreement dengan nasabah. Misalnya persetujuan KPR [kredit pemilikan rumah] bisa dipenuhi dalam waktu 2 hari karena analisa proposal kredit mengandalkan TI," ujar dalam konferensi pers penggunaan credit scoring sebagai solusi untuk peningkatan profitabilitas dan efisiensi, hari ini, Selasa 28 Februari 2012.Dia menilai saat ini  baru sekitar 50% dari 120 bank  yang beroperasi di Indonesia memiliki daya saing,  karena telah mengimplementasikan TI dalam menunjang kegiatan bisnisnya. Adapun sisanya belum memiliki daya saing yang kuat"Dari 120 bank yang ada di Indonesia, baru 50--60 bank yang telah memiliki competitive edge karena telah menggunakan TI," ujarnya.Oleh karena itu, lanjutnya, investasi dalam TI merupakan suatu keharusan bagi bank dalam menghadapi persaingan antar lembaga keuangan yang makin ketat pada masa mendatang."Investasi TI itu tidak memandang besar atau kecil aset dari bank, tetapi volume. Kalau dalam 1 hari cuma ada dua proposal kredit maka belum perlu TI. Namun bila dalam 1 hari ada 200 proposal kredit maka jelas butuh TI, karena membutuhkan waktu lama bila dianalisa secara manual."SAS merupakan salah satu perusahaan TI yang berjualan aplikasi analisa kredit yang bernama credit scoring. Aplikasi ini bisa menghitung tingkat kelayakan calon nasabah dalam mendapatkan kredit sekaligus menghitung risiko gagal bayar (default).Naeem Siddiqi, SAS Global Product Manager Banking Analytics Solutions, menjelaskan dalam 5--6 tahun terakhir penggunaan credit scoring di Eropa, Amerika Serikat dan negara maju lainnya telah meningkat pesat guna memenuhi kualifikasi Advanced internal Rating-Based yang diatur dalam Basel II.Dengan implementasi Basel II mulai tahun ini di Indonesia, dia memandang penggunaan credit scoring juga akan meningkat pesat di Tanah Air. (dba)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Dara Aziliya

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper