Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

JAKARTA: Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk Destry Damayanti mengatakan suku bunga kredit konsumer mengarah pada tren penurunan, yang dipengaruhi oleh penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia dan bunga wajar lembaga penjaminan simpanan.
 
"Namun penurunan bunga konsumer tidak secepat kredit korporasi, karena bunga pinjaman konsumer memang lebih rigid dibandingkan dengan segmen lain," ujarnya kepada Bisnis hari ini.
 
Dia menjelaskan rigiditas suku bunga konsumer terletak pada nilai kredit yang disalurkan relatif kecil dibandingkan dengan segmen kredit lainnya.
 
Selain itu, permintaan akan kredit konsumer masih cukup besar sebagai dampak pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang cukup tinggi.
 
"Namun sesuai arahan BI, bank tidak mau mendorong kredit konsumer tumbuh tinggi karena dapat berdampak negatif terhadap perekonomian. Ini semua yang menyebabkan penurunan suku bunga konsumer cenderung tidak cepat."
 
Meski demikian, dia mengakui ada bank yang menaikan suku bunga konsumer ketika terjadi tren penurunan. Dia menduga hal tersebut dilakukan karena ada tekanan ekspektasi inflasi yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir akibat rencana kenaikan harga bahan bakar minyak, yang akhirnya ditunda.
 
"Kondisi saat ini disebut over hang inflation [inflasi menggantung], karena orang tahu akan nada inflasi namun belum terealisasi. Kondisi ini malah bahaya bila dibandingkan dengan kenaikan harga BBM itu sendiri," jelasnya.
 
Bila BBM jadi naik, jelasnya, pelaku usaha dan masyarakat bisa cepat melakukan penyesuaian terhadap kenaikan harga barang.
 
"Bebeda dengan kondisi saat ini. BBM belum naik, tetapi harga barang sudah naik, masyarakat sudah bersiap akan kenaikan inflasi, dan bank sudah mulai berjaga-jaga terhadap risiko," jelasnya.
 
Dia memproyeksi tekanan terhadap ekspektasi inflasi masih akan tinggi pada beberapa bulan ini, akibat ketidakpastian kenaikan harga BBM. Bila hal tersebut tidak bisa dikendalikan, maka dia meramal akan terjadi kenaikan suku bunga bunga.
 
"Karena ketidakpastian itu menaikan risiko yang akhirnya akan mendorong suku bunga bunga naik," jelasnya.
 
Salah satu bank yang menurunkan bunga konsumer adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). Bank yang berdiri pada 1946 ini menurunkan suku bunga dasar kredit (SBDK) untuk segmen konsumsi non KPR sebesar 25 basis points (bps), menjadi 12% mulai akhir Maret 2012 dibandingkan dengan bulan sebelumnya 12,25%.
 
Adapun SBDK untuk KPR turun 30bps menjadi 10,7% dari sebulan yang lalu sebesar 11%. Penurunan juga terjadi pada segmen korporasi sebesar 25 bps menjadi 10,2% dan ritel 130bps menjadi 11,65%.
 
"Tren bunga konsumer kami mengarah turun. Kalau ada bank lain yang menaikan bunga konsumer, saya kurang tahu alasannya," ujar Darmadi Sutanto, Direktur Ritel dan Konsumer BNI, pekan lalu. (sut)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper