Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PERMODALAN BANK: Perbankan Kecil Agar Segera Antisipasi Kebijakan BI

SURABAYA—Sejumlah perbankan berskala kecil dihimbau segera berkonsolidasi guna mengantisipasi kebijakan Bank Indonesia terkait klasifikasi permodalan dan izin berjenjang.

SURABAYA—Sejumlah perbankan berskala kecil dihimbau segera berkonsolidasi guna mengantisipasi kebijakan Bank Indonesia terkait klasifikasi permodalan dan izin berjenjang.

Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Mirza Adityaswara mengungkapkan langkah strategis itu perlu ditempuh guna menghindari imbas krisis Eropa yang dikhawatirkan turut menggejala di Indonesia.

Bank-bank skala kecil, ucapnya, berpotensi kian tersudutkan dengan ketentuan permodalan jika tak kunjung mampu menghimpun sumber dana perbankan. Apalagi, ketentuan izin berjenjang nantinya semakin membatasi penetrasi bank dengan kategori-kategori modal.

Menurut Mirza, pemain yang berkecimpung di industri perbankan kelak akan diatur dalam empat kategori, yakni bank bermodal inti Rp 100 miliar—Rp 1 triliun, bank bermodal Rp 1 triliun—5 triliun, bank bermodal Rp 5 triliun—Rp30 triliun, hingga bank bermodal di atas Rp30 triliun.

Kalau sudah begitu, ibarat terperangkap di dalam kotak Pandora, bank dengan kategori modal di bawah Rp 1 triliun akan kesulitan berekspansi. Pergerakan bisnis juga semakin terbatas karena hanya diizinkan menggelar layanan konservatif seperti giro, tabungan, kredit, dan bisnis yang bersifat bank tradisional.

“Bahkan, sistem premi akan berubah dari premi tetap menjadi diferensial. Bank yang dianggap tidak prudent harus membayar premi lebih mahal. Itu berarti cost yang dikeluarkan makin besar, sementara sumber pendanaan justru terbatas,” jelasnya pada jumpa pers pada diskusi ekonomi outlook 2013 di Surabaya, hari ini (17/12).

Pasalnya, kata Mirza, sumber modal perbankan di Indonesia cenderung masih mengandalkan dana deposit. Langkah obligasi, tambah Dia, hanya dapat diakses oleh bank-bank skala besar dan menengah

“Secara umum, kondisi perbankan saat ini memang cukup baik. Namun, tetap harus diwaspadai. Untuk itu, akan lebih baik jika bank-bank kecil segera melakukan merger,” cetusnya.

Mirza mencatat hingga kini capital adequacy ratio (CAR) perbankan di Indonesia mencapai 17%, non-performing loan masih di bawah 3%. Dia menilai situasi itu sangat positif dengan suku bunga rendah dalam perekonomian yang relatif baik.

Return on asset (ROA) perbankan Indonesia juga tergolong tinggi. Pertumbuhan kredit pada akhir tahun ini diperkirakan mencapai 23,96%, sedangkan DPK tumbuh 19,56%. Selain itu, rasio NPL (gross) diperkirakan akan tetap terjaga pada level yang rendah yakni sekitar 2,17%.

“Tapi, kita tidak pernah tahu situasi-situasi yang mungkin terjadi tahun depan, belum tentu para kreditur bisa membayar hutangnya. Dengan begitu, kondisi bisa berbalik,” katanya. (if)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Gajah Kusumo

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper