Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan M.Chatib Basri menilai positif langkah Bank Indonesia yang membiarkan rupiah bergerak sesuai sentimen pasar karena akan mampu mengerem impor dan mempersempit defisit transaksi berjalan.
Dalam hitungannya, nilai impor bisa turun 15% sejalan dengan depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sejak awal tahun (year to date). Pada saat yang sama, ekspor akan membaik meskipun menurutnya tidak signifikan karena dibayangi pelemahan harga komoditas.
“BI yang saya lihat tidak melakukan intervensi dan somehow itu menurut saya bagus karena akan membuat harga impornya menjadi mahal, ekspornya murah sehingga defisit di current account-nya jadi lebih kecil,” katanya, Kamis (21/11/2013).
Namun, khusus untuk impor bahan makanan, menurutnya relatif tidak terpengaruh alias inelastis karena pangan merupakan kebutuhan pokok yang sulit dikurangi. Penurunan impor diperkirakan hanya akan terjadi pada barang-barang mewah.
Rupiah dalam beberapa hari ini terus melemah hingga ditutup Rp17.705 per dolar AS atau melemah 0,39% menurut Bloomberg Dollar Index, Kamis (21/11/2013) pukul 15.30.
Adapun kurs tengah rupiah berdasarkan data BI dipatok Rp11.717 per dolar AS, melemah 0,74% dibandingkan dengan patokan kurs tengah sehari sebelumnya.
Pelemahan rupiah sejalan dengan hampir sebagian besar mata uang di Asia Pasifik yang juga terdepresiasi terhadap dolar AS.
Selain karena kekhawatiran pasar mengenai dampak pengurangan quantitative easing (QE) The Fed yang diperkirakan terjadi Desember nanti, Chatib melihat pelemahan terjadi akibat kebutuhan valuta asing di domestik yang meningkat setiap akhir bulan.