Bisnis.com, PADANG—Kantor Perwakilan Bank Indonesia wilayah VIII mencatat kinerja perbankan di Sumatra Barat sepanjang triwulan III mengalami perlambatan. Kondisi itu disebabkan pertumbuhan ekonomi di wilayah itu yang mengalami kontraksi, dan meningkatnya suku bunga acuan (BI rate) yang mencapai 7,5%.
Mahdi Mahmudy, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia wilayah VIII, mengatakan meski terjadi perlambatan, namun aset perbankan umum masih bisa tumbuh 7,7% (yoy) dengan total aset mencapai Rp42,8 triliun.
“Meski mengalami perlambatan, tetapi secara keseluruhan perbankan di Sumbar masih bisa tumbuh. Yang paling tinggi dipicu meningkatnya aset perbankan syariah, sehingga perlambatan pertumbuhan tidak begitu terasa,” katanya (10/12/2013).
Saat ini, penyaluran kredit perbankan umum masih tumbuh 15,2% (yoy) menjadi Rp37,9 triliun. Sementara kredit konsumsi mengalami gejala penurunan yang semula pada triwulan II tumbuh 15,1% (yoy) menjadi hanya 12,8% (yoy) pada triwulan III.
“Kondisi itu disebabkan menurunnya daya beli masyarakat akibat inflasi yang tinggi,” ujarnya.
Pertumbuhan pada penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) juga relatif kecil hanya 1,3%, mengalami perlambatan dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 7.9%. Total DPK yang dihimpun hanya mencapai Rp25,5 triliun. Perlambatan pertumbuhan terjadi pada jenis simpanan giro dan deposito.
Mahdi mengatakan fungsi intermediasi bank umum di Sumbar secara umum masih menunjukkan performa bagus. Sepanjang triwulan II dan III, Loan-to-Deposit Ratio (LDR) meningkat dari 146,1% menjadi 148,6%. Sedangkan kualitas kredit yang disalurkan bank umum masih berada pada level aman dan terjaga. NPL berada pada level 2,37%, sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya yang hanya 2,21%
“Secara umum, perbankan masih menunjukkan kinerja yang bagus meski terjadi perlambatan. Namun, pengelola perbankan jangan santai dulu, karena diperkirakan hingga triwulan pertama tahun depan kondisinya masih sulit,” sebut Mahdi.