Bisnis.com, JAKARTA – Ancaman defisit transaksi berjalan memicu kenaikan patokan kurs tengah rupiah yang dilakukan Bank Indonesia.
Hari ini, kurs tengah rupiah dipatok pada level Rp12.000 per dolar AS atau terdepresiasi 1,15% dibandingkan dengan kurs tengah Selasa pekan lalu yang berada pada level Rp11.863 per dolar AS.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menyatakan patokan kurs tengah rupiah yang terdepresiasi hingga Rp12.000 per dolar AS itu merupakan langkah terbaik mengingat neraca perdagangan saat ini defisit.
“Jadi memang rupiah yg sedikit under value itu yg lebih baik dalam situasi ini,” tegasnya seusai menghadiri laporan pimpinan Komisi XI atas hasil uji kelayakan dan kepatutan terhadap Calon Deputi Gubernur Senior BI di ruang Sidang Paripurna DPR, Selasa (24/6/2014).
Mirza mengatakan neraca perdagangan yang defisit pada April 2014 diprediksi kembali surplus tipis pada Mei 2014. Namun demikian, ancaman defisit transaksi berjalan pada kuartal II dipastikan akan lebih besar dibandingkan kuartal I karena pola musiman.
Pada kuartal I/2014, defisit transaksi berjalan Indonesia senilai US$4,2 miliar atau mencapai 2,06% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan neraca perdagangan Indonesia April 2014 mengalami defisit senilai US$1,96 miliar.
Defisit nilai perdagangan tersebut disebabkan oleh defisitnya sektor migas dan nonmigas masing-masing senilai US$1,07 miliar dan US$0,89 miliar.
Situasi neraca perdagangan tersebut, lanjut dia, akan memengaruhi permintaan dolar di pasar. Permintaan dolar untuk impor akan lebih besar dari pada pasokan dolar dari ekspor.
Menurut Mirza, kurs rupiah yang melemah akan memunculkan situasi yang kompetitif untuk eksportir. Alhasil, laju impor pun dapat dikurangi.
BPS mencatat nilai ekspor Indonesia April 2014 mencapai US$14,29 miliar atau mengalami penurunan sebesar 5,92% dibanding Maret 2014 senilai US$15,19 miliar.
Sayangnya, nilai impor justru mengalami kenaikan. Pada April 2014, nilai impor Indonesia senilai US$16,26 miliar atau naik 11,93% dibanding Maret 2014 senilai US$14,52 miliar.
Mirza tidak menjawab dengan tegas apakah BI nyaman dengan kurs Rp12.000. Namun, ia menyatakan BI bisa mengintervensi pasar jika diperlukan.
“Kalau ditanya apakah BI nyaman atau tidak ya bagi BI, rupiah yang nyaman ya Rp11.400 - Rp11.800. BI ada di pasar untuk menjaga supaya volatilitas tidak terlalu tinggi,” ujarnya.