Bisnis.com, JAKARTA--Harian Bisnis Indonesia hari ini menggelar Bisnis Indonesia Award (BI Award) sebagai ajang pemberian penghargaan tahunan kepada perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa efek Indonesia dan perusahaan pendukung lain di pasar finansial.
Berikut ini daftar nominee Bisnis Indonesia Award 2014 di sektor properti dan real estate.
SEKTOR PROPERTI & REAL ESTATE
PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST)
PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST) berdiri pada 24 Agustus 1989. Induk usaha emiten berkode saham BEST adalah PT Argo Manunggal Land Development (AMLD), yang dimiliki oleh Keluarga The Nin King.
Pada kuartal I/2014, laba bersih perseroan yang dipimpin oleh Hungkang Sutedja ini mengalami penurunan 48,12% menjadi Rp90,32 miliar, dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp174,08 miliar.
Adapun pendapatan perseroan turun menjadi Rp157,19 miliar dibandingkan dengan pendapatan tahun sebelumnya Rp272,77 miliar, di mana beban pokok turun menjadi Rp52,26 miliar, dari tahun sebelumnya Rp74,77 miliar.
Selanjutnya, laba bruto turun menjadi Rp104,93 miliar, dari laba bruto tahun sebelumnya Rp198,44 miliar. Beban usaha naik menjadi Rp17,73 miliar, dari tahun sebelumnya Rp13,43 miliar.
Sementara itu, laba usaha turun menjadi Rp87,19 miliar, dari laba usaha tahun sebelumnya Rp185 miliar. Total aset per Maret 2014 mencapai Rp3,27 triliun, turun dari aset per Desember 2013 sebesar Rp3,36 triliun.
PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk (GMTD)
Di awal dekade 1990-an, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Pemerintah Kota Makassar serta Pemerintah Kabupaten Gowa mengundang masuknya investor untuk bersama-sama membangun dan mengembangan kawasan Tanjung Bunga sebagai tourism development center (TDC).
Kolaborasi pemerintah dengan swasta ini diwujudkan melalui pendirian perusahaan konsorsium yang dikenal dengan nama PT Gowa Makassar Tourism Development Corporation (PT GMTDC).
Seiring dengan perjalanan waktu, pada 9 November 2000, perusahaan secara resmi telah menjadi perusahaan terbuka dengan nama PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk (GMTD) dan dipimpin oleh Andi Anzhar Cakra Wijaya.
GMTD membukukan penaikan laba bersih pada semester I 2013 sebanyak 47,86% menjadi Rp46,50 miliar dari Rp31,44 miliar pada periode yang sama di tahun sebelumnya.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, penaikan tersebut berasal dari meningkatnya pendapatan perseroan pada semester I tahun ini sebesar 32,29% menjadi Rp143,90 miliar dari 6 bulan pertama 2012 sebanyak Rp108,77 miliar.
Penaikan pendapatan tersebut paling banyak dikontribusi oleh penjualan rumah hunian dan tanah yang mencapai Rp127,53 miliar pada semester I 2013, naik 78,18% dari Rp71,57 miliar.
Di sisi lain beban pokok penjualan naik 45,96% dari Rp49,57 miliar pada semester I 2012 menjadi Rp72,36 miliar pada periode yang sama tahun ini.
Adapun utang jangka pendek naik 44,16% menjadi Rp658,25 miliar pada semester I 2013 dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp456,58 miliar.
Sementara utang jangka panjang naik 26,85% dari Rp210,05 miliar menjadi Rp266,45 miliar. Perlu diketahui, perseroan memiliki utang non-usaha kepada PT Lippo Karawaci Tbk. pada semester I 2013 sebanyak Rp169,80 miliar
Lebih lanjut, nilai aset Gowa Makassar naik 33,25% menjadi Rp1,20 triliun pada semester I 2013 dari Rp900,59 miliar pada periode 31 Desember 2012. Adapun saat ini stok tanah untuk pengembangan perseroan diketahui sebanyak 213,3 hektare.
PT Nirvana Development Tbk (NIRO)
PT Nirvana Development Tbk (NIRO) berdiri pada 18 Desember 2003 dengan nama PT Adipura Artha Pratama.
Emiten berkode saham NIRO tersebut pada kuartal III/2013 membukukan laba bersih sebesar Rp30,16 miliar, naik 44,86% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp20,82 miliar.
Selain itu, pendapatan NIRO, yang dipimpin oleh Frederick Rompas itu mencapai Rp191,66 miliar atau meningkat 217,66% dari Rp 60,33 miliar.
Adapun beban pokok perseroan mengalami kenaikan menjadi Rp101,49 miliar, dari Rp21,34 miliar. Sedangkan laba bruto naik menjadi Rp90,16 miliar, dari Rp38,99 miliar.
Hingga September 2013, total aset perseroan mencapai Rp2,89 triliun, dari Rp2,71 triliun pada 31 Desember 2012.
PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE)
PT Bumi Serpong Damai Tbk merupakan pengembang BSD City, salah satu kota mandiri terbesar di wilayah Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi. Kota mandiri ini menempati area seluas 5.950 ha yang terdiri atas kawasan perumahan dan kawasan niaga terpadu.
Awal 2011, emiten berkode saham BSDE, yang merupakan anggota kelompok usaha Sinar Mas Land telah merampungkan proses akuisisi perusahaan terafiliasi yakni PT Duta Pertiwi Tbk, PT Sinar Mas Teladan dan PT Sinar Mas Wisesa. Akuisisi ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja BSDE terutama portofolio pendapatan dan diversifikasi usaha BSDE.
BSD City terletak 25 km dari barat daya Jakarta, yang dapat di-akses melalui jalan tol dan jalur kereta api. Ini merupakan kelebihan yang dimiliki oleh BSD City. Saat ini, BSD City telah mengembangkan Tahap I seluas 1.500 ha dan sedang membangun Tahap II seluas 2.000 ha hingga 2020. Sedangkan untuk Tahap III BSDE telah menyiapkan lahan seluas 2.450 ha.
Pada akhir 2013, BSDE membukukan lonjakan laba bersih sebesar 96% atau menjadi Rp2,91 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012 sebesar Rp1,48 triliun.
Pada tahun lalu, BSDE mendapat tambahan signifikan dari pertumbuhan an-organik yakni pendapatan tanah kepada tiga entitas anak hasil bentukan joint venture dengan mitra strategis seperti Hongkong Land, AEON Mal Jepang dan Dyandra.
Pada kuartal I/2014, segmen residensial kembali menjadi kontributor terbesar pendapatan usaha perseroan yang dipimpin oleh Franciscus Xaverius Ridwan Darmali, dengan kontribusi 44% terhadap total pendapatan usaha, yakni Rp549,36 miliar dibandingkan periode yang sama tahun 2013 senilai Rp323,59 miliar.
Pertumbuhan kinerja yang solid ini juga membuat laba bersih perseroan tercatat sebesar Rp489 miliar dan jumlah aset tumbuh menjadi Rp23,58 triliun atau setara 4,45% yoy.
Pada akhir Maret 2014, perseroan memiliki land bank/lahan yang siap dikembangkan seluas 4.082 ha senilai Rp7,4 triliun baik itu di BSD City maupun di Entitas Anak lain.
PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP)
PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk berdiri pada 26 Agustus 1953 dengan nama NV Pembangunan Perumahan, yang merupakan hasil peleburan suatu perusahaan bangunan bekas milik Bank Industri Negara ke dalam Bank Pembangunan Indonesia, dan selanjutnya dilebur ke dalam P.N.Pembangunan Perumahan
PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan laba bersih sebesar Rp61,43 miliar pada kuartal I/2014 atau tumbuh 44,4% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp42,54 miliar.
Dalam keterangan resmi, Direktur Utama Pembangunan Perumahan (PP) Bambang Triwibowo menuturkan lonjakan kinerja laba bersih tersebut dinilai merupakan kontribusi seluruh pilar bisnis perseroan, yaitu konstruksi, investasi, rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (engineering, procurement, and construction/EPC), properti, dan bisnis pracetak.
“Perseroan berhasil membukukan pendapatan usaha sebesar Rp1,99 triliun sepanjang kuartal I/2014 atau naik 55,72% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,28 triliun,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Sementara itu, laba usaha perusahaan konstruksi dan investasi itu sampai dengan 3 bulan pertama tahun ini mencapai Rp138,78 miliar atau 77,53% dibandingkan dengan periode yang sama 2013 sebesar Rp78,17 miliar.
Bambang menuturkan PP optimistis dapat merealisasikan target kinerja yang ditetapkan tahun ini. Hal itu terlihat dari pencapaian kontrak baru yang mencapai Rp4,5 triliun sampai dengan akhir kuartal I/2014.
Dengan perolehan kontrak baru tersebut serta peralihan (carry over) 2013 sebesar Rp21,93 triliun, maka kontrak yang akan dikerjakan (order book) perseroan mencapai Rp26,43 triliun hingga Maret 2014.
PT Danayasa Arthatama Tbk (SCBD)
PT Danayasa Arthatama Tbk yang didirikan pada 1 April 1987 dimiliki oleh grup Artha Graha. Emiten berkode saham SCBD, yang dipimpin oleh Santoso Gunara, merupakan pengembang kawasan Sudirman Central Business District (SCBD), kawasan bisnis terpadu seluas sekitar 45 hektare yang terletak di jantung kota Jakarta.
Hingga kuartal III/2013, perseroan mencatatkan pendapatan usaha mencapai Rp2,48 triliun, melonjak 393,86% dari periode yang sama pada 2012 senilai Rp502,26 miliar.
Laba bersih perseroan juga melonjak menjadi Rp1,75 triliun pada 9 bulan pertama 2013 dari periode yang sama pada 2012 senilai Rp55,03 miliar.
PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA)
PT Surya Semesta Internusa Tbk didirikan pada 15 Juni 1971 dengan nama PT Multi Investments Limited. Pada awalnya, kegiatan utama perseroan adalah sebagai pengembang real estate.
Proyek–proyek awal antara lain adalah “Kuningan Raya”, sebuah kawasan pemukiman dan bisnis yang terletak di daerah “Segitiga Emas” Jakarta Selatan, dan Glodok Plaza, salah satu pusat perbelanjaan modern pertama di Indonesia yang terletak di kawasan komersial di Jakarta Barat.
Pada tahun 1995, perseroan mengubah namanya menjadi PT Surya Semesta Internusa Tbk, nama yang sekarang dengan tujuan untuk mencerminkan strategi perseroan yang lebih luas, dan pada 27 Maret 1997 Perseroan mencatatkan sahamnya di bursa.
Tahun ini, PT Surya Semesta Internusa Tbk. (SSIA) sedang mencari pinjaman senilai Rp1,2 triliun untuk menyelesaikan proyek perbaikan Graha Surya Internusa yang terletak di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Johannes Suriadjaja, Presiden Direktur SSIA, mengatakan perusahaan sedang melakukan penjajakan dengan perbankan nasional untuk mendapat pinjaman tersebut. Kemungkinan, pendanaan pendanaan proyek yang memiliki total nilai Rp1,8 triliun itu akan dilakukan oleh sindikasi perbankan nasional.
Johannes menuturkan Graha Surya Internusa yang nantinya memiliki 30 lantai di lahan seluas 100.000 meter persegi itu diperkirakan selesai pada 2017. Sebelumnya, gedung perkantoran tersebut memiliki 17 lantai dengan luas bangunan sekitar 21.035 meter persegi.
Tahun ini, SSIA mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai Rp1,4 triliun, atau 55,5% lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pembiayaan tahun sebelumnya Rp900 miliar.
Sekitar Rp500 miliar dari total dana tersebut akan digunakan untuk membeli lahan industri baru, Rp300 miliar untuk mengembangkan bisnis hotel budget, dan Rp600 miliar sisanya untuk pengembangan kawasan industri. SSIA tahun ini memang menargetkan dapat membebaskan lahan seluas 1.000 hektare di Bekasi, dengan alokasi anggaran Rp300 miliar.
Pada tahun ini, perusahaan membagikan dividen dengan total mencapai Rp140 miliar, atau sekitar Rp30 per saham. Laba bersih perusahaan sepanjang 2013 mencapai Rp691 miliar, turun 2,3% dibandingkan dengan perolehan pada tahun sebelumnya Rp707 miliar.
Penurunan laba bersih tersebut disebabkan peningkatan beban bunga konsolidasi yang berasal dari pengeluaran obligasi pada 2012. Selain itu, menurunnya pendapatan usaha dan EBITDA dari unit usaha properti juga ikut berkontribusi pada menurunnya perolehan laba bersih perusahaan tahun lalu.