Bisnis.com, JAKARTA--Berikut ini profil pemenang Bisnis Indonesia Award 2014 untuk Sektor Perbankan
Bank BUMN: PT Bank Negara Indonesia Tbk. (Persero)
BNI telah beroperasi sejak 1946. Pada tahun yang sama BNI mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia yakni ORI (Oeang Republik Indonesia).
Pada 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara Indonesia (Persero). Adapun keputusan untuk menjadi perusahaan publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada 1996.
Saat ini BNI dinakhodai oleh Gatot Mudiantoro Suwondo yang diangkat sebagai Direktur Utama dalam Rapat Umum Pemegang Saham dan disetujui Bank Indonesia pada 6 Februari 2008. Sebanyak 60% saham BNI dimiliki oleh negara sedangkan sisanya beredar di publik.
Pada akhir 2013, BNI mencatatkan aset Rp386,7 triliun. Sejumlah kebijakan strategis telah ditempuh BNI pada 2013. Salah satunya dengan meningkatkan sinergi business banking dan consumer & retail banking. Implementasi kebijakan strategi tersebut telah menghasilkan peningkatan laba sebesar 28,5% dari Rp7,0 triliun pada 2012 menjadi Rp9,1 triliun di 2013.
Return on Assets (ROA) juga tercatat meningkat dari 2,9% di 2012 menjadi 3,4% pada 2013, sedangkan Return on Equities (ROE) meningkat dari 20,0% di 2012 menjadi 22,5% pada 2013.
Sinergi juga menghasilkan esiensi ekspansi pinjaman dan dana yang lebih baik di mana Net Interest Margin (NIM) meningkat dari 5,9% di 2012 menjadi 6,1% pada 2013.
Tahun ini BNI juga telah menyiapkan sejumlah kebijakan strategis antara lain pertubuhan set dan liabilitas yang sehat, optimalisasi customer engagement dan channel untuk meningkatkan penjualan, efisiensi operasional dan efektivitas biaya serta peningkatan kapabilitas karyawan dan teknologi informasi untuk memperkuat daya saing.
Bank Swasta Devisa: PT Bank Hana
Bank Hana merupakan anak perusahaan Hana Financial Group, salah satu penyedia layanan jasa keuangan berskala global terbesar di Korea. Bank Hana mengawali bisnisnya di Indonesia sejak 2007, dengan mengakuisisi PT Bank Bintang Manunggal yang kali pertama beroperasi pada 1990.
Sebanyak 75,1% saham Bank Handa dimiliki oleh Hana Bank. Adapun sisanya dimiliki oleh International Finance Corporation dan Bambang Setijo masing-masing 19,9% dan 5%. Saat ini Bank Hana dipimpin oleh Choi Chang Sik sebagai Presiden Direktur.
Pada 11 Februari 2013 Bank Hana mendapat izin dari Otoritas Jasa Keuangan untuk merger dengan Bank KEB Indonesia. Proses merger juga sudah mendapat pengesahan dari Departemen Hukum dan HAM pada 20 Februari 2014 dengan nama Bank hasil merger Bank KEB Hana.
Pasca merger komposisi pemegang saham akan berubah di mana KEB Korea memiliki 49,8%, Hana Bank Korea 37,3%, International Finance Corporation 9,9%, Bambang Setijo 2,5%, dan Clemont Finance Indonesia 0,5%.
Hingga Desember 2013 Bank Hana membukukan total aset Rp8,7 triliun dari sebelumnya hanya Rp5,2 triliun pada Desember 2012. Sepanjang 2013 laba bersih yang dibukukan mencapai Rp89,4 miliar, meningkat dari 2012 yang tercatat Rp48,7 miliar.
Bank Sawsta Nondevisa: PT Bank Nationalnobu Tbk.
Perusahaan ini didirikan pada 1990 sebagai bank umum swasta nasional (BUSN) non devisa. Pada 2010, sebanyak 60% saham perseroan diakuisisi oleh PT Kharisma Buana Nusantara milik Mochtar Riady.
Pada 2013 Bank Nationalnobu resmi melakukan penawaran umum perdana saham dengan melepas 52% saham ke publik. Nama Adrianus Mooy, mantan Gubernur Bank Indonesia, dipercaya selaku Komisaris Utama bank ini.
Pada 20 Mei 2013, Bank Nationalnobu mencatatkan diri di Bursa Efek Indonesia sebagai emiten ke-9 di tahun tersebut dengan kode saham NOBU. Komposisi pemegang saham Bank Nationalnobu saat ini adalah PT Kharisma Buana Nusantara 24,12%, PT Prima Cakrawala Sentosa 20,95%, Nio Yantony 9,65%, PT Lippo General Insurance Tbk 5,08%, PT Putra Mulia Indonesia 4,06%, dan sisanya beredar di publik.
Sepanjang 2013 Bank Nationalnobu membukukan aset Rp3,8 triliun dari sebelumnya hanya Rp1,2 triliun pada 2012. Dana masyarakat yang berhasil dihimpun mencapai Rp2,7 triliun dengan penyaluran kredit tercatat Rp1,2 triliun. Pada 2013 perseroan membukukan laba bersih Rp14,6 miliar, dari sebelumnya hanya Rp2,7 miliar pada 2012.
Hingga akhir Desember 2013 Bank Nationalnobu memiliki satu kantor pusat non operasional dan 64 kantor operasional yang tersebar di 31 kota besar di 19 provinsi di Indonesia.
Bank BPD: PT BPD Sulawesi Tengah
Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah didirikan 13 April 1969 dan dibuka secara resmi pada 1970 setelah mendapatkan izin usaha dari Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 15.6.1.17 tanggal 2 Januari 1970.
Di rapat umum pemegang saham 12 April 2013, para pemilik saham menyepakati masuknya CT Corporation melalui PT Mega Corpora, perusahaan milik Chairul Tanjung, sebagai investor baru.
Mega Corpora dengan setoran Rp62 miliar menjadi pemilik 30% saham, kedua terbesar setelah Pemprov Sulteng dengan 40%. Masuknya pemodal tersebut turut mendongkrak ekuitas bank dari Rp361,6 miliar menjadi Rp405,07 miliar.
Per Maret 2014, BPD dengan aset Rp2,5 triliun ini meraih laba Rp18,4 miliar dengan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) sebesar 23%.