Bisnis.com, JAKARTA—Berikut ini profil pemenang Bisnis Indonesia Award untuk delapan kategori emiten.
Sektor Pertanian: PT Jaya Agra Wattie Tbk
PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA) adalah salah satu perusahaan perkebunan tertua di Indonesia, yang sudah berdiri sejak 1921 dengan nama Handel Maatschapij. Sejak 1987, Soedarjo dan Hadi Surya bertindak sebagai pemegang saham pengendali.
JAWA, yang dinakhodai Harijadi Soedarjo, saat ini mengelola sekitar 13.268 hektare perkebunan kelapa sawit dengan usia produktif dan 5.820 hektare lahan belum menghasilkan. Sementara itu, total kebun karet yang telah memasuki usia produksi sebesar 6.475 hektare, ditambah 6.940 hektare tanaman karet belum menghasilkan.
Kapasitas produksi karet perseroan mencapai lebih dari 9.000 mertrik ton per tahun dan 32.000 metrik ton untuk minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).
Selain itu, Jaya Agra juga memproduksi bahan-bahan komoditi lainnya seperti kopi dan teh. Produksi kopi lebih dari 100 ton per tahun, dan produksi teh kurang lebih mencapai 3.000 ton per tahun.
Perseroan pernah meraih penghargaan dari majalah Forbes Asia sebagai salah satu perusahaan terbaik dari 200 perusahaan terbaik di Asia dengan aset dibawah US$1 miliar.
Pada tahun ini perseroan menargetkan pertumbuhan laba bersih hingga 56% menjadi Rp106 miliar ,dari tahun sebelumnya Rp68 miliar.
Sementara itu, hingga kuartal I/2014, laba bersih JAWA tercatat Rp30,34 miliar, tumbuh 9,73% bila dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya Rp27,65 miliar.
Adapun pendapatan mengalami kenaikan menjadi Rp214,74 miliar, dari sebelumnya Rp164,90 miliar. Beban pokok perseroan mengalami kenaikan dari Rp110,01 miliar menjadi Rp159,30 miliar, dan beban usaha dan lainnya mengalami penurunan dari Rp18,37 miliar menjadi Rp16,58 miliar.
Direktur Keuangan perseroan Bambang S. Ibrahim mengatakan perseroan tengah merampungkan pembangunan 1 pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) berkapasitas 45 ton tandan buah segar (TBS) per jam di Kalimantan Selatan.
Selain itu, pada tahun ini JAWA juga berniat membangun pabrik karet lembaran yang dimulai akhir tahun ini. Pabrik tersebug berkapasitas 150 kg per jam dan terletak di wilayah Lebak, Banten.
Perseroan menargetkan untuk menambah lahan tertanamnya dengan rincian lahan kelapa sawit seluas 1.652 hektar dan lahan karet seluas 3.500 hektar.
Masih soal lahan, JAWA juga bakal berekspansi dengan menambah lahan baru sekitar 30.000 hektar di Kalimantan Timur dan Sulawesi.
Tahun ini perseroan menargetkan pertumbuhan produksi karet sebesar 81% menjadi 24.000 ton dari tahun 2013 sebesar 13.257 ton.
Sementara untuk produksi TBS dipatok naik 36,37% menjadi 249.000 ton dari 182.579 ton. Hingga kuartal I/2014 produksi karet perseroan mencapai 4.000 ton sementara produksi TBS tercatat sebesar 3.700 ton.
Sektor Pertambangan: PT Samindo Resources Tbk
PT Samindo Resources Tbk (MYOH), yang sebelumnya bernama PT Myoh Technology Tbk), didirikan 15 Maret 2000. Pada 30 Juni 2000, MYOH, yang dipimpin oleh Kim Young-Chan, memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melantai di bursa.
Perusahaan berkonsentrasi pada jasa tambang, dalam hal ini batu bara. Perseroan menyediakan jasa pemindahan lahan penutup atau overburden, pengangkutan atau hauling, dan produksi batubara atau coal getting. Saat ini Samindo menjadi kontraktor pertambangan bagi perusahaan tambang batubara raksasa, Kideco.
Emiten penyedia jasa tambang ini pada tahun ini membagikan 33% dari laba bersihnya sebesar Rp173,78 miliar atau senilai Rp57,36 miliar sebagai dividen tunai untuk tahun buku 2013.
Komisaris perseroan Bob Kamandanu mengatakan dengan demikian jumlah nilai dividen tunai per saham setara dengan Rp26 per lembar. "Pendapatan tahun lalu sangat baik, perusahaan ini sangat efisien," katanya saat ditemui usai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan, Selasa (13/5).
Sementara itu Investor Relation Samindo Ahmad Zaki Natsir menguraikan sebesar 25% porsi laba bersih atau senilai Rp44,12 miliar digunakan sebagai dana cadangan perseroan. Adapun sisanya sekitar 20% atau setara dengana Rp35,74 miliar disimpan sebagai laba ditahan.
Hingga kuartal I/2014 perseroan telah menyerap sekitar seperempat dari alokasi belanja modal (capital expenditure/capex) tahun ini atau sekitar US$6,75 juta.
Adapun pada 2014, perseroan menyediakan capex sekitar US$27 juta, yang diperoleh dari kas internal perusahaan dan sebagian besar diperuntukkan untuk membeli peralatan yang menunjang bisnis jasa tambang perseroan.
Pada kuartal pertama tahun ini, perseroan mengerjakan pemindahan lahan penutup sebesar 13,36 juta bank cubic meter (bcm) atau naik 12,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai 11,87 juta bcm.
Adapun coal getting perseroan tercatat meningkat sekitar 28% menjadi 2,43 juta ton dari triwulan I/2013 saat volumenya hanya 1,90 juta ton. Terakhir, jasa hauling perseroan mengangkut 8,26 juta ton batubara, naik secara year-on-year (y-o-y) dari 7,65 juta ton.
Sepanjang 2014 ini, perseroan menargetkan peningkatan produksi batubara dari 9 juta ton pada 2013 menjadi 11 juta ton. Adapun jasa pengangkutan ditargetkan tumbuh dari 30 juta ton menjadi 33 juta ton sementara overburden diharapkan meningkat dari 52 juta bcm menjadi 58 juta bcm.
Tahun ini Samindo menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 14% dari tahun 2013 menjadi US$270 juta. Sementara itu laba bersih diperkirakan sedikit lebih rendah atau setara dengan tahun 2013.
Sektor Industri Dasar dan Kimia: PT Malindo Feedmill Tbk
Pada kuartal I/2014, penjualan bersih PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) yang berdiri pada 1997, tercatat Rp1,08 triliun atau meningkat 15% dari tahun sebelumnya pada periode yang sama senilai Rp941,86 miliar.
Adapun laba bersih turun sebesar 25,66% menjadi Rp58,21 miliar dibandingkan dengan tahun sebelumnya senilai Rp78,32 miliar.
Sementara itu, penjualan pada sektor bisnis yang baru dijalaninya, yaitu makanan olahan senilai Rp9 miliar.
Penjualan bersih, emiten yang dipimpin oleh Lau Chia Nguang, meningkat 15% pada kuartal I karena ada peningkatan penjualan di semua sektor bisnis yang dijalankan.
Sektor pakan ternak yang penjualannnya meningkat Rp96 miliar, menjadi kontribusi terbesar perseroan. Sementara itu, sektor lainnya seperti ayam pedaging meningkat Rp14 miliar dan anak ayam umur sehari (DOC) meningkat Rp11 miliar dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada periode yang sama.
Lebih jauh, pada tahun ini, kapasitas pabrik pakan ternak Malindo ditargetkan meningkat 1,4 juta metrik ton, mewakili pertumbuhan 58% dibandingkan dengan realisasi tahun lalu sebesar 900.000 metrik ton.
Segmen produksi anakan ayam usia sehari (day old chick/DOC) juga dikebut. Perseroan menargetkan kapasitas breeding farm DOC mencapai 191 juta ekor tahun ini. Untuk mencakup area yang lebih luas, Malindo juga memperluas peternakannya ke Makassar.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2013, penjualan pakan masih menjadi sumber pendapatan terbesar dengan kontribusi senilai Rp2,97 triliun, disusul DOC sebesar Rp778 miliar, ayam pedaging Rp323 miliar, dan beberapa segmen produk lainnya seperti makanan olahan.
Total pendapatan Malindo sepanjang tahun lalu tercatat Rp4,19 triliun atau melesat 25,2% dari Rp3,35 triliun. Namun, laba bersihnya anjlok 20% dari Rp302 miliar menjadi Rp241 miliar akibat membengkaknya ongkos logistik dan kenaikan upah pekerja.
Sektor Aneka Industri: PT Indomobil Sukses Internasional Tbk
PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (Perseroan) merupakan suatu kelompok usaha terpadu yang memiliki beberapa anak perusahaan yang bergerak di bidang otomotif yang terkemuka di Indonesia.
Perseroan didirikan pada 1976 dengan nama PT. Indomobil Investment Corporation dan pada 1997 dilakukan penggabungan usaha (merger) dengan PT. Indomulti Inti Industri Tbk.
Sejak saat itulah status perseroan berubah menjadi perusahaan terbuka dengan nama PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk.
Bidang usaha utama perseroan yang dikelola oleh Jusak Kertowidjojo meliputi pemegang lisensi merek, distributor penjualan kendaraan, layanan purna jual, jasa pembiayaan kendaraan bermotor, distributor suku cadang dengan merek IndoParts, perakitan kendaraan bermotor, produsen komponen otomotif serta kelompok usaha pendukung lainnya.
Perseroan mengelola merk-merk terkenal dengan reputasi internasional yang meliputi Audi, Foton, Great Wall, Hino, Kalmar, Liugong, Manitou, Nissan, Renault, Renault Trucks, Suzuki, Volkswagen, Volvo, Volvo Trucks, dan Mack Trucks.
Sepanjang 2013 PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) meraih laba Rp532,46 miliar, turun sekitar 33,6% dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp801,73 miliar. Penurunan laba dipicu pembengkakan beban usaha sebanyak 9,8% sehingga laba usaha terpangkas dari Rp1,04 triliun menjadi Rp951 miliar.
Adapun penjualan bersih sepanjang tahun lalu naik tipis 1,6% menjadi Rp20,09 triliun, dari tahun sebelumnya Rp19,78 triliun. Penurunan laba membuat laba bersih per saham IMAS menyusut menjadi Rp193, dari Rp290 per saham.
Sektor Industri Barang Konsumsi: PT Mustika Ratu Tbk
PT Mustika Ratu Tbk berdiri pada 1975. Pada awalnya, jamu yang diproduksi hanyalah lima macam, berserta beberapa kosmetika tradisional seperti lulur, mangir, bedak dingin, dan air mawar. Namun pada tahun berikutnya, penambahan karyawan dirasakan semakin perlu dan produk pun diperbanyak macamnya.
Pada 1978 produk-produk Mustika Ratu mulai didistribusikan ke toko-toko melalui salon-salon kecantikan yang meminta menjadi agen. Dimulai di Jakarta, Semarang, Surabaya, Bandung, dan Medan. Permintaanpun meningkat, hingga pada tahun 1980-an, perusahaan ini mulai mengembangkan berbagai jenis kosmetika tradisional.
Menanggapi meningkatnya permintaan dan terbatasnya kapasitas pegawainya, BRA Mooryati, sang pendiri, mengumpulkan dana untuk modal kerjanya. Dengan dana itu, maka pada 8 April 1981 diresmikanlah pendirian pabrik PT Mustika Ratu oleh Menteri Kesehatan pada waktu itu, Bapak dr. Soewardjono Soeryaningrat, dengan jumlah karyawan 150 orang.
Emiten kosmetik dengan kode saham MRAT dan dipimpin oleh Putri Kuswisnuwardani itu baru-baru ini menjajal sektor properti dan menargetkan bisnis baru tersebut dapat berkontribusi hingga 40% terhadap total pendapatan perseroan pada tahun depan.
Adalah proyek properti di lahan seluas 10,9 hektare di Cibitung itu yang diproyeksikan dapat mulai berkontribusi pada kuartal II/2015, seiring dengan proses pembangunan yang akan dimulai pada kuartal pertama tahun depan.
Saat ini proyek properti dengan nilai investasi Rp192,37 miliar tersebut tengah dalam tahap desain arsitektur, sedangkan tender konstruksi akan dilakukan di awal tahun depan dengan lama pembangunan sekitar dua tahun. Perseroan memperkirakan penjualan total unit properti akan mencapai Rp400 miliar.
Selain berharap dari proyek baru tersebut, perseroan tetap melecut kinerja dari produk-produk kosmetik dan menargetkan pendapatan pada tahun ini mencapai Rp700 miliar dengan laba sebesar Rp40 miliar.
Sepanjang tahun lalu, perseroan membukukan penurunan pendapatan hingga 21,84% menjadi Rp358 miliar dari tahun sebelumnya sebesar Rp458 miliar. Oleh karena itu, bottom line juga ikut tertekan dan menyebabkan rugi bersih sebesar Rp6,7 miliar, padahal tahun sebelumnya dapat mencatatkan laba bersih sebesar Rp24,1 miliar.
Adapun, di triwulan pertama tahun ini, perseroan kembali mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,99 miliar meskipun lebih rendah 71% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp6,9 triliun. Sementara itu, pendapatan naik 6,8% dari Rp87,78 miliar menjadi Rp93,77 miliar.
Sektor Properti dan Real Estate: PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk
PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST) berdiri pada 24 Agustus 1989. Induk usaha emiten berkode saham BEST adalah PT Argo Manunggal Land Development (AMLD), yang dimiliki oleh Keluarga The Nin King.
Pada kuartal I/2014, laba bersih perseroan yang dipimpin oleh Hungkang Sutedja ini mengalami penurunan 48,12% menjadi Rp90,32 miliar, dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp174,08 miliar.
Adapun pendapatan perseroan turun menjadi Rp157,19 miliar dibandingkan dengan pendapatan tahun sebelumnya Rp272,77 miliar, di mana beban pokok turun menjadi Rp52,26 miliar, dari tahun sebelumnya Rp74,77 miliar.
Selanjutnya, laba bruto turun menjadi Rp104,93 miliar, dari laba bruto tahun sebelumnya Rp198,44 miliar. Beban usaha naik menjadi Rp17,73 miliar, dari tahun sebelumnya Rp13,43 miliar.
Sementara itu, laba usaha turun menjadi Rp87,19 miliar, dari laba usaha tahun sebelumnya Rp185 miliar. Total aset per Maret 2014 mencapai Rp3,27 triliun, turun dari aset per Desember 2013 sebesar Rp3,36 triliun.
Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi: PT Jasa Marga Tbk
Melalui Peraturan Pemerintah No. 04 Tahun 1978, pada 1 Maret 1978, pemerintah mendirikan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Tugas utama Jasa Marga adalah merencanakan, membangun, mengoperasikan dan memelihara jalan tol serta sarana kelengkapannya agar jalan tol dapat berfungsi sebagai jalan bebas hambatan yang memberikan manfaat lebih tinggi daripada jalan umum bukan tol.
Pada awal berdirinya, Perseroan berperan tidak hanya sebagai operator tetapi memikul tanggung jawab sebagai otoritas jalan tol di Indonesia.
Hingga 1987, Jasa Marga adalah satu-satunya penyelenggara jalan tol di Indonesia yang pengembangannya dibiayai pemerintah dengan dana berasal dari pinjaman luar negeri serta penerbitan obligasi Jasa Marga dan sebagai jalan tol pertama di Indonesia yang dioperasikan oleh Perseroan, Jalan Tol Jagorawi (Jakarta-Bogor-Ciawi) merupakan tonggak sejarah bagi perkembangan industri jalan tol di Tanah Air yang mulai dioperasikan sejak 1978.
Pada akhir dasawarsa tahun 1980-an Pemerintah Indonesia mulai mengikutsertakan pihak swasta untuk berpartisipasi dalam pembangunan jalan tol melalui mekanisme Build, Operate and Transfer (BOT).
Pada kuartal I/2014, laba Jasa Marga Tbk (JSMR), yang dipimpin oleh Adityawarman, naik 16,71% menjadi Rp376 miliar. Hal ini didukung dari kenaikan pendapatan tol dan pendapatan usaha lainnya.
Perseroan juga mengalami kenaikan pendapatan sebesar 11,02% menjadi Rp1,52 triliun pada kuartal I 2014 dibandingkan periode sama pada 2013 sebesar Rp 1,37 triliun. Peningkatan itu disebabkan oleh kenaikan volume lalu lintas kendaraan yang mencapai 296 juta kendaraan pada kuartal I.
Selain itu, kenaikan tarif pada 11 ruas tol yang dikelola perseroan pada Oktober 2013 juga mendorong kinerja Jasa Marga. Pendapatan usaha lain Perseroan juga naik signifikan 63,25% menjadi Rp 93 miliar pada kuartal I/2014 dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 57 miliar.
Sedangkan pendapatan konstruksi Perseroan mengalami penurunan sebesar 52% menjadi Rp 462 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya yaitu Rp 964 miliar.
Sektor Perdagangan, Jsa, dan Investasi: PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk
PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk berdiri sejak 23 Desember 1982 dan kini emiten berkode saham JKON tersebut dipimpin oleh Trisna Muliadi.
JKON merupakan anak perusahaan Jaya Pembangunan yang dibentuk untuk menggarap proyek infrastruktur dan kontraktor gedung.
Selain itu, JKON juga memiliki anak perusahaan yang bergerak di sektor perdagangan LPG dan aspal dengan nama Jaya Trade, Jaya Teknik yang menjadi agen dari produk alat, perlengkapan mesin industri dan infrastruktur telekomunikasi, dan Jaya Beton yang fokus memproduksi manufaktur beton di tiga pabriknya.
Pada tahun ini, Jaya Konstruksi Manggala menargetkan mampu memperoleh kontrak baru senilai Rp6,5 triliun, tumbuh 12,06% dibandingkan dengan perolehan pada 2013 yang mencapai Rp5,8 triliun.
Umar Ganda, Wakil Presiden Direktur JKON, mengatakan hingga kuartal pertama tahun ini perusahaan telah mendapatkan kontrak Rp2 triliun. Jumlah tersebut diluar nilai kontrak yang dialihkan dari tahun lalu yang mencapai Rp2,9 triliun.
Target pertumbuhan perolehan kontrak baru itu sejalan dengan target pertumbuhan pendapatan 18% dari tahun sebelumnya Rp4,62 triliun. Laba bersih perusahaan juga dipatok naik 15,8% dari Rp206,45 miliar pada tahun lalu.
Untuk merealisasikan target tersebut, JKON menyediakan Rp600 miliar sebagai belanja modal dari kas internal. Rp100 miliar diantaranya akan digunakan untuk modal kerja, sedangkan Rp500 miliar sisanya akan digunakan untuk investasi pengerjaan proyek infrastruktur.
Meski demikian, pendapatan perusahaan pada kuartal pertama tahun ini menurun 1,68% menjadi Rp678,83 miliar, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp690,48.
Laba bersih perusahaan pada tiga bulan pertama 2013 juga anjlok 53,96% menjadi Rp5,05 miliar, dari Rp10,97 miliar pada triwulan pertama tahun lalu.