Bisnis.com, JAKARTA—Sejumlah pelaku multifinance merespons positif langkah pemerintah yang menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi mulai Selasa (18/11/2014). Keputusan pemerintah ituninilai hanya berpengaruh sementara terhadap bisnis pembiayaan di Indonesia.
“Jika dihitung secara bisnis, paling lama pengaruhnya hanya bertahan selama 3 bulan sampai 6 bulan mendatang,” kata I Dewa Made Susila, Direktur Keuangan PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk di Jakarta, Selasa (18/11/2014).
Respons positif tersebut juga dilatarbelakangi dengan tanggapan positif oleh pasar modal dan penguatan mata uang rupiah, setelah pemerintah menaikkan BBM.
Apalagi, isu kenaikan BBM pada November tahun ini telah diperhitungkan oleh pelaku usaha sehingga tindakan preventifnya adalah menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan.
“Efeknya terhadap kenaikan non-performing loan [NPL] tidak sebombastis yang diprediksi sebelumnya karena itu [kenaikan BBM] sudah dihitung. Tingkat NPL Adira sendiri masih terkontrol yaitu 1,6% per September tahun ini,” tambahnya.
Meskipun begitu, dirinya tidak menampik bahwa kenaikan BBM berpotensi memangkas daya beli masyarakat. Apalagi, kondisi ekonomi domestik dan dunia cukup menantang pada tahun ini dan tahun depan.
Untuk itu, Adira hanya mematok penyaluran pembiayaan bakal tumbuh 5% tahun depan mengingat tren perlambatan pembiayaan beberapa tahun belakangan.
Senada dengan Adira, Presiden Direktur Astra Sedaya Finance Jodjana Jody juga mengatakan kenaikan BBM kali ini tidak akan berdampak signfikan terhadap perusahaannpembiayaan yang dipimpinnya.
“Semuanya kan sudah diperhitungkan. Intinya kami berniat untuk menjaga kualitas pembiayaan pada tahun ini dan tahun mendatang”, tekannya.
Astra Sedaya Finance sendiri mencatat telah menyalurkan senilai Rp23 triliun sepanjang Januari-Oktober tahun ini dari target Rp26 triliun hingga akhir tahun ini.
Lebih lanjut, Jody meyakini pasar sudah price in dengan gejolak ekonomi domestik dan luar negeri sehingga hanya dibutuhkan waktu setidaknyan enam bulan untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut.
“Kalau bagus untuk ekonomi kita, kenapa tidak. Rupiah bereaksi positif, dan defisit transaksi berjalan berpeluang menyusut akibat kenaikan BBM ini,” tuturnya.
Pelaku multifinance lainnya, Presiden Direktur PT BCA Finance (BCA Finance) Roni Haslim menjelaskan hal yang tidak jauh berbeda. Padahal, langkah pemerintah menaikkan harga BBM juga dibaregi dengan keputusan Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga acuannya di level 7,75%.
“Pengaruhnya pasti ada. Tetapi, saya rasa kalau suku bunga acuan bertahan di angka 7,75%, dampaknya tidak akan signifikan. Kemungkinan NPL naik juga ada,” ujar Roni.