Bisnis.com, PADANG—Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII Padang memproyeksikan laju inflasi Sumatra Barat sepanjang 2014 sebesar 8,7%-9,1%, didorong akibat kenaikan BBM bersubsidi.
Erwin Syafii, Kepala Divisi Ekonomi dan Moneter Kanwil Bank Indonesia Wilayah VIII Padang menyebutkan laju inflasi Sumbar sebelumnya sempat dikhawatirkan tembus dua digit, mengingat besarnya potensi penaikan inflasi.
“Kami meyakini inflasi Sumbar sepanjang tahun ini cukup terkendali di bawah dua digit,” katanya Minggu (23/11/2014).
Sebelumnya, Erwin sempat was-was inflasi Sumbar bisa melonjak drastik yang disebabkan dampak kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi.
Selain itu, juga akibat kenaikan tarif dasar listrik, melonjaknya harga komoditas cabai merah yang sempat menembus angka Rp100.000 per kg, dan berakhirnya masa penyaluran raskin yang dinilai bisa menyebabkan kenaikan harga beras.
Namun, dia lebih optimistis inflasi lebih terkendali di bawah dua digit. Namun, jauh meleset dari target awal tahun yang hanya 6%.
Kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi itu diperkirakan ikut berkontribusi sebesar 2,55% terhadap inflasi Sumbar dalam tiga bulan mendatang.
“Kontribusinya terhadap inflasi Sumbar diperkirakan sekitar 2,55%, cukup tinggi. Semua pihak harus terlibat mengantrol laju inflasi,” katanya.
Menurut Erwin, dampak yang paling besar dirasakan pada bulan November karena harga-harga kebutuhan pokok dan ongkos transportasi ikut melonjak akibak kenaikan harga BBM itu. Bulan berikutnya hanya lah dampak turunan yang diperkirakan tidak sebesar bulan ini.
“Kuncinya pemerintah daerah bisa menjamin mobilitas barang terkendali dan ketersediaan barang di pasaran juga terjaga,” ujarnya.