Bisnis.com, JAKARTA—Loan to deposit ratio (LDR) industri perbankan yang hampir mendekati batas atas yang ditetapkan Bank Indonesia menunjukkan opsi merger bank di Indonesia, terutama bank milik negara, tak terelakkan.
Adapun, dari data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dipublikasikan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan LDR bank umum bahkan sempat menyentuh posisi 92,19% pada Juli 2014. Namun, LDR tersebut kembali turun mencapai 88,93% pada September 2014.
Ketua Umum Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono mengatakan ketika Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia pada Oktober 2004, LDR industri perbankan masih sebesar 48,13%. Namun, ketika Joko Widodo dan Jusuf Kalla dilantik pada Oktober 2014, LDR hampir menyentuh 92%.
“Jadi jika pemerintahan Jokowi-JK tetap mengandalkan perbankan sebagai salah satu pilar pembangunan, satu-satunya jalan yaitu meningkatkan kapasistas perbankan melalui merger atau akuisisi bank-bank BUMN [Badan Usaha Milik Negara],” jelas Sigit dalam diskusi bertajuk Jokowi Versus Serbuan Bank-Bank Asing di Jakarta, Kamis (27/11/2014).
Sigit menuturkan, Indonesia harus memiliki super bank atau bank dengan modal besar, agar bisa menjadi tuan rumah di negara sendiri. “Jadi jangan mengusik [investor] asing dan bukan asing. Sekarang bagaimana Indonesia punya bank dengan modal besar yang bisa memberikan yang terbaik,” tutur Sigit.