Bisnis.com, JAKARTA--Berinvestasi dapat dikatakan menjadi agenda wajib dalam perencanaan keuangan. Yang kerap menjadi pertanyaan adalah, kemana uang harus diinvestasikan?
Investasi di bidang agribisnis perlu ditilik, karena jika dihitung-hitung, investor pun berpotensi mendulang untung yang lumayan.
Belajar adalah hal yang wajib dilakukan bagi yang berminat untuk investasi di bidang agribisnis.
Ada beberapa hal yang musti dipahami sebelum menanam uang di bidang agribisnis. Praktisi pasar modal dan inspirator investasi Indonesia Ryan Filbert menyebutkan, investor harus mengetahui kondisi lokasi yang akan dikembangkan untuk kegiatan agribisnis.
“Posisi menentukan prestasi, jangan tidak tahu kondisi lokasi, main tanam,” katanya.
Selanjutnya, investor harus mengetahui apa yang paling memungkinkan untuk ditanam di sebuah lokasi. Selain itu, pelajari juga kondisi sosial di lokasi yang akan dikembangkan dengan kegiatan agribisnis tersebut.
Nah, jika kegiatan sudah berjalan, investor juga tak boleh lupa untuk melakukan pengawasan. “Kalau Anda tidak monitoring, sulit. Di Indonesia ini kalau [lahan] ditinggalin dipanen orang, ditungguin juga dipanen orang,” katanya.
Bagaimana jika lahan tersebut sudah membuahkan hasil panen berlimpah? Investor juga perlu memikirkan kemana hasil panen tersebut disalurkan, tentunya tujuannya adalah mendulang untung.
Jika investor merasa kesulitan melakukan rangkaian hal tersebut, Ryan mengingatkan pentingnya mengajak mitra dalam investasi di bidang agribisnis.
Secara umum, investasi di bidang agribisnis adalah jenis investasi yang sehat bagi diri sendiri, lingkungan dan ekologi. Bagaimana potensi imbal hasilnya? Dengan bersemangat, Ryan memberikan beberapa contoh. Jika investor mengincar imbal hasil mencapai 50% per bulannya, bawang patut jadi pilihan, atau 12,5% per bulan bisa didapatkan dari cabe.
“Hukum investasi pada agribisnis itu beda dengan hukum investasi pada pasar modal. Pasar modal itu high risk high get, kalau ini [agribisnis] adalah waktu semakin panjang, risiko semakin kecil, keuntungan semakin masuk akal,” paparnya.
Kayu Jabon
Contoh lainnya adalah investasi di hutan kayu jabon, yang berpotensi mengukir hasil menggembirakan. Salah satu mitra yang bisa digaet jika berminat investasi kayu jabon adalah PT Jaya Manggala Hijau Lestari atau Green Invesment Forestry (GIFT).
Green Invesment Consultant dari GIFT Raymond Raintjung mengatakan pihaknya mencari orang-orang yang memiliki kesadaran akan lingkungannya dan uang lebih untuk disisihkan.
“Jadi kita mau mengajak orang supaya berinvestasi, menghasilkan, tapi seisi dunia berterima kasih juga pada apa yang kita lakukan,” katanya. Untuk bisa meraup manis dari hutan kayu jabon, investor cukup menyiapkan dana minimal sebesar Rp25 juta.
Dengan dana sejumlah itu, investor sudah bisa untuk turut berperan menghidupkan lahan kritis yang akan ditanami kayu jabon.
Raymond mengatakan, kayu jabon dipilih karena terbilang aman dari pencurian jika dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya. Alasan lainnya adalah, kayu jabon banyak digunakan untuk bahan baku industri sehingga permintaannya tinggi.
Industri kayu, menurutnya, sudah sangat siap menerima kayu jabon sebagai bahan baku triplek atau lainnya.
“Kita mencari komoditi yang gampang dijual, yang memang banyak orang nyari,” katanya.
Saat ini harga kayu jabon rata-rata Rp1 juta per meter kubiknya saat panen. Jika berinvestasi Rp85 juta atau senilai 700 pohon di lahan seluas 1 hektar misalnya, berapakah hasilnya dalam lima atau enam tahun mendatang saat siap panen?
Menurutnya, dalam lima atau enam tahun nilainya akan menjadi Rp700 juta apabila berpatokan pada harga saat ini. Nilai tersebut juga berdasarkan asumsi satu pohon dalam lima atau enam tahun sama dengan 1 meter kubik. Hasil tersebut akan dibagi 70% untuk investor dan sisanya untuk GIFT serta petani dan masyarakat sekitar. Siap berinvestasi?