Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyertaan Modal BUMN Rp74,9 Triliun, Ini Komentar Ketua DPR RI

Pimpinan DPR belum memberikan respons positif perihal rencana pemerintah mengucurkan penyertaan modal negara (PMN) untuk 35 BUMN meski telah mengadakan rapat konsultasi dengan seluruh Menteri Koordinator (menko) Kabinet Kerja.
Ketua DPR RI Setya Novanto (kiri) tiba di komplek Istana Kepresidenan, Senin (2/2/2015)./JIBI-Akhirul Anwar
Ketua DPR RI Setya Novanto (kiri) tiba di komplek Istana Kepresidenan, Senin (2/2/2015)./JIBI-Akhirul Anwar

Bisnis.com, JAKARTA--Pimpinan DPR belum memberikan respons positif perihal rencana pemerintah mengucurkan penyertaan modal negara (PMN) untuk 35 BUMN meski telah mengadakan rapat konsultasi dengan seluruh Menteri Koordinator (menko) Kabinet Kerja. Nilai penyertaan modal itu sendiri mencapai Rp74,9 triliun.

Ketua DPR Setya Novanto mengatakan PMN adalah hal yang baik untuk dilaksanakan. DPR akan memberikan dukungan sepenuhnya untuk pembangunan fasilitas publik di luar infrastruktur dasar. "Tapi harus disertai penjelasan yang jelas," katanya seusai mengadakan konsultasi tertutup dengan seluruh Menteri Koordinator  di Kompleks Gedung Parlemen, Selasa (3/2/2013).

Selain itu, menurutnya, PMN harus disertai dengan pertanggungjawaban yang bagus sehingga tidak memunculkan kekhawatiran penyalahgunaan anggaran negara. "Lebih lanjut, pimpinan akan menyerahkan sepenuhnya kepada Komisi VI dan Badan Anggaran untuk membahas dan mengevaluasinya," tuturnya.

Saat ini, papar Setnov, melihat pola pengembangan fasilitas publik--seperti yang disampaikan para menko--DPR tidak akan melihat berapa bujet yang dibutuhkan. "Kami akan lihat urgensi dan keseriusan BUMN itu untuk membangun fasilitas publik," terangnya.

Sebelumnya, mayoritas fraksi dalam Komisi VI menganggap sebagian pengajuan PMN tidak layak disetujui. Anggota Panja Penyertaan Modal Negara (PMN) Komisi VI DPR RI, Sarmuji, mengatakan banyak perusahaan yang tidak serius membuat proyeksi kerja dan proyeksi keuangan sehingga susah untuk menilai kelayakannya.

"Belum lagi, kinerja perusahaan tidak meyakinkan untuk diberikan PMN karena bertahun-tahun merugi dan belum kelihatan progres yang bisa dilakukan. Kita khawatir jika diberikan PMN akan lenyap karena masalah internalnya," ujar Sarmuji dalam keterangan persnya.

Untuk itu, Sarmuji meminta kepada BUMN yang mengajukan PMN memberikan informasi yang detail tentang kondisi perusahaan, business plan, proyeksi keuangan dan informasi lain yang terkait. Dengan demikian kita bisa menilai secara obyektif sebuah BUMN layak untuk mendapat PMN.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper