Bisnis.com, JAKARTA--Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) memprediksinya migrasi kartu ATM dan debit dari magnetic stripe menuju chip berpotensi molor mengingat kesiapan yang belum maksimal.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) Isbandiono Subadi mengungkapkan kalangan perbankan masih belum siap sepenuhnya untuk menerapkan chip pada kartu debit.
"Saat ini ada 6 vendor kartu debit yang disertifikasi. Jangan sampai ketika bank-bank belum siap dan mepet waktu sehingga biaya migrasi mahal," ucapnya pada Bisnis, Senin (16/2/2015).
Dia mengungkapkan saat ini sistem pembayaran Indonesia sudah memiliki standar tersendiri yang menerapkan keamanan konsumen.
Di sisi lain, hingga Februari 2015, tercatat 59 bank yang menjadi penerbit kartu debit. Adapun jumlah kartu ATM dan debit yang beredar di masyarakat mencapai 97,2 juta keping kartu.
Vice President PT Bank Mandiri Tbk Mohamad Gumilang mengklaim bahwa perseroan telah siap untuk menerapkan migrasi dari magnetic ke chip kartu debit.
Sebelum migrasi digelar, emiten berkode BMRI telah memasang strategi untuk menjangkau seluruh nasabah.
"Nasabah kami banyak dan itu tersebar di seluruh Indonesia. Sekarang isu yang penting adalah mendistribusikan ke nasabah," katanya.
Gumilang mengungkapkan perseroan juga telah memodifikasi fitur di anjungan tunai mandiri (ATM).
Menurutnya, perseroan siap mengaplikasikan beleid yang dirilis oleh Bank Indonesia terkait migrasi chip sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
BI telah mewajibkan industri perbankan untuk memigrasi kartu ATM dan debetnya dari magnetic stripe ke teknologi berbasis chip paling lambat Desember 2015.
Adapun vendor kartu chip juga harus memenuhi Standar National Standard for Indonesia Chip Card Specification (NSICCS) yang dilakukan oleh CBI.