Bisnis.com, PADANG—Laba Bank Nagari (PT BPD Sumatra Barat) mengalami penurunan 6,05% disebabkan membengkaknya beban operasional.
Direktur Pemasaran Bank Nagari Indra Wediana mengakui laba perseroan tahun lalu mengalami penurunan 6,05% atau Rp293 miliar dibandingkan tahun sebelumnya Rp312 miliar.
“Laba menurun karena beban operasional. BOPO bahkan menyentuh 84,51%, kami rem deposito tidak lebih 50% untuk menstabilkan BOPO,” katanya, Minggu (12/4/2015).
Menurut Indra, beban operasional pendapatan operasional (BOPO) bank membengkak menjadi 84,51% dari tahun 2013 yang hanya 78,27% akibat melesatnya pertumbuhan deposito, sehingga menekan laba.
Penurunan laba itu disebabkan tingginya beban bunga deposito yang ditawarkan untuk menjaga likuiditas bank, serta beban operasional lainnya yang mengerek posisi BOPO jauh melewati ambang batas bank sentral di kisaran 50%-75% untuk efesiensi kinerja bank.
Padahal, bank yang sahamnya dimiliki Pemprov Sumbar dan pemda 19 kabupaten/kota itu mampu mencatatkan pendapatan bunga kotor Rp2,07 triliun atau tumbuh 12,03% dari tahun sebelumnya Rp1,85 triliun.
Data Laporan Keuangan Bank Nagari per Desember 2014 mencatatkan komposisi dana pihak ketiga (DPK) masih dimonopoli deposito sekitar 55% atau Rp7,25 triliun dari total dana Rp13,23 triliun.
Sedangkan giro hanya Rp2,36 triliun atau 18% dari komposisi dana, dan tabungan mencapai 27% atau Rp3,61 triliun.
Direktur Utama Bank Nagari Suryadi Asmi mengakui laju deposito pernah mencapai 60% dari komposisi dana yang menyebabkan naiknya beban operasional bank, akibat ketatnya persaingan bunga.
“Tahun ini kami prioritaskan meningkatkan dana murah dari masyarakat. Targetnya deposito bisa ditekan di kisaran 50%,” katanya.
Suryadi menyebutkan untuk meningkatkan dana murah, Bank Nagari mengoptimalkan kinerja kantor cabang serta mengoperasikan kendaraan keliling untuk menjangkau nasabah pedesaan dengan tambahan 20 unit mobil keliling dan 30 unit motor keliling.
Meski laba turun, tahun ini perseroan menargetkan pertumbuhan laba bersih 13% atau Rp312 miliar. Sedangkan kredit dipatok tumbuh 11,55% atau Rp15,1 triliun dari sebelumnya Rp13,5 triliun, dan DPK tumbuh 12,29% atau Rp15,3 triliun dari tahun sebelumnya Rp13,7 triliun.