Bisnis.com, PADANG—PT BPD Sumatra Barat atau Bank Nagari mendapatkan komitmen tambahan modal hingga Rp450 miliar dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pekan lalu.
Amrel Amir, Direktur Umum Bank Nagari mengatakan pemegang saham yang terdiri dari pemerintah provinsi dan pemerintah 19 kabupaten/kota sudah menyatakan komitmen menambah modal perseroan hingga Rp450 miliar tahun ini.
“Sudah ada komitmen dari pemegang saham untuk meningkatkan modal Bank Nagari, sehingga dengan tambahan modal itu bisa memperkuat kinerja bank,” ujarnya, Minggu (26/4/2015).
Dia menyebutkan tambahan modal itu akan meningkatkan rasio kecukupan modal bank atau capital adequacy ratio (CAR) berkisar 18%, serta memperluas pengembangan bisnis bank.
RUPST tersebut juga menyepakati komitmen pemegang saham menambah modal secara berkelanjutan. Selain itu, pemegang saham menyepakati penambahan jumlah direksi Bank Nagari dari empat menjadi lima orang pada tahun depan.
“Untuk direksi masih digodok, kebutuhan Bank Nagari seperti apa, nanti disesuaikan,” katanya.
Direktur Pemasaran Bank Nagari Indra Wediana mengatakan Pemprov Sumbar sebagai pemagang saham utama perseroan sudah mengucurkan dana sebesar Rp50 miliar melalui APBD 2015. Tambahan modal itu akan ditingkatkan hingga Rp112 miliar di APBD perubahan.
Selain injeksi modal, Bank Nagari berencana menerbitkan obligasi senilai Rp500 miliar di semester II/2015. Dana obligasi tersebut digunakan untuk meningkatkan penyaluran kredit yang ditargetkan tumbuh 12%.
“Kalau hanya mengandalkan dana pihak ketiga (DPK) tidak cukup, kami siapkan melalui obligasi,” sebutnya.
Dalam rencana bisnis bank (RBB) 2015 yang disampaikan ke otoritas, bank milik pemda tersebut menargetkan pendapatan laba Rp312 miliar atau tumbuh 13% dari capaian tahun sebelumnya Rp276 miliar.
Dia mengatakan tahun ini kinerja perseroan belum akan optimal mengeruk laba mengingat pertumbuhan ekonomi nasional yang masih rendah serta tingginya tekanan di industri perbankan.
Manajemen, imbuhnya, menargetkan pertumbuhan aset sekitar 11% menjadi Rp20,47 triliun. Sedangkan target pertumbuhan kredit dipatok 11,55% atau Rp15,1 triliun dari tahun sebelumnya Rp13,5 triliun, dan dana pihak ketiga (DPK) 12,29% atau Rp15,3 triliun dari tahun sebelumnya Rp13,7 triliun.