Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah gejolak pasar saham dan masih minimnya sentimen positif, kapitalisasi pasar saham 8 emiten BUMN lintas-sektor menciut sekitar Rp48,62 triliun pada Mei 2015 atau melanjutkan penurunan yang terjadi sejak Februari 2015.
Berdasarkan data statistik Bursa Efek Indonesia, emiten yang mengalami penurunan kapitalisasi pasar dibandingkan dengan nilai pada Mei 2014 itu bergerak di sektor pertambangan, industri dasar, konstruksi dan infrastruktur energi.
Mereka antara lain PT Bukit Asam (Persero) Tbk., PT Aneka Tambang (Persero) Tbk., PT Timah (Persero) Tbk., PT Semen Baturaja (Persero) Tbk., PT Semen Indonesia (Persero) Tbk., PT Krakatau Steel (Persero) Tbk., PT Adhi Karya (Persero) Tbk., dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
Aneka Tambang, Timah, Semen Baturaja, Semen Indonesia dan Krakatau Steel telah mengalami penurunan sejak Februari 2015. Pada Januari 2015, selain Krakatau Steel, semua emiten itu mengalami peningkatan kapitalisasi pasar.
Timah tercatat sebagai emiten yang mengalami penurunan persentase kapitalisasi pasar paling besar yakni 38,25% menjadi Rp6,5 triliun pada Mei 2015 dibandingkan dengan Rp10,61 triliun pada periode yang sama 2014.
Penurunan kapitalisasi pasar yang cukup besar juga dialami oleh perusahaan tambang nikel dan emas yakni Aneka Tambang sebear 36% menjadi Rp7,26 triliun pada Mei 2015 dibandingkan dengan Rp11,44 triliun pada Mei 2014.
Kapitalisasi pasar dua perusahaan semen milik negara yaitu Semen Baturaja dan Semen Indonesia juga terus mengalami penurunan. Sampai Mei 2015 sejak awal tahun, pertumbuhan penjualan semen secara nasional masih melambat karena sejumlah factor.
Sementara itu, Adhi Karya tidak ikut kena imbas sentimen positif yang melanda perusahaan konstruksi pelat merah lain seperti PT Waskita Karya (Persero) Tbk., PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Dari empat perusahaan konstruksi milik negara, hanya Adhi Karya yang mengalami penurunan kapitalisasi pasar hingga 19,97% di saat Waskita Karya dan Pembangunan Perumahan membukukan peningkatan masing-masing 142% dan 110%.
Analis PT Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe mengatakan penurunan kapitalisasi pasar sejumlah emiten itu dipengaruhi oleh sejumlah sentimen, baik yang tidak bisa dikendalikan maupun yang membutuhkan peran pemerintah.
“Kalau tambang, sektornya memang lagi jelek. Harga komoditas lagi rendah. Asing dan lokal jadi agak males transaksi saham-saham tambang,” katanya, Selasa (16/5).