Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Modal Bergejolak, Dana Kelolaan Aberdeen Tergerus

Gejolak pasar modal Indonesia menggerus dana kelolaan PT Aberdeen Asset Management dari Rp1,5 triliun pada awal 2015 menjadi Rp894,93 miliar pada akhir tahun lalu.
Suasana di sebuah kantor sekuritas/Endang Muchtar
Suasana di sebuah kantor sekuritas/Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA - Gejolak pasar modal Indonesia menggerus dana kelolaan PT Aberdeen Asset Management dari Rp1,5 triliun pada awal 2015 menjadi Rp894,93 miliar pada akhir tahun lalu.

Sigit Pratama Wiryadi, Presiden Direktur Aberdeen Asset Management, mengatakan sejak beroperasi di Indonesia pada Desember 2014, Manajer Investasi ini telah menerbitkan enam produk reksa dana.

Enam produk tersebut, yakni Aberdeen Indonesia Equity Fund, Aberdeen Indonesia Balanced Growth Fund, Aberdeen Indonesia Bond Fund, Aberdeen Indonesia USD Bond Fund , Aberdeen Indonesia Government Bond Fund, dan Aberdeen Indonesia Money Market Fund.

"Dalam menginvestasikan dana kelola, kami tidak hanya melihat aspek keuangan atau sektor. Kami lihat sendiri di lapangan, lihat fundamental dan manajemen perusahaannya," kata Sigit, Selasa (26/1/2016).

Berdasarkan data pusat informasi OJK, total dana kelolaan Aberdeen pada Januari 2015 mencapai Rp1,51 triliun. Lantas pada Desember 2015, NAB Aberdeen menyusut menjadi Rp894,93 miliar.

Seiring proyeksi pertumbuhan pasar saham, Sigit berharap dana kelolaan pada tahun ini dapat tumbuh positif pada kisaran 10%-15%.

Salah satu faktor pendorongnya adalah diluncurkannya produk Aberdeen Syariah Asia Pasific Equity USD pada kuartal II/2016. Dana kelolaan produk ini akan diinvestasikan untuk membeli saham-saham perusahaan yang masuk daftar syariah di Asia Pasific. Namun Sigit tidak mengungkap berapa target dana kelolaan yang diraup dari produk baru ini.

"Produk ini akan diinvestasikan di Asia Pasific plus Jepang dengan keahlian Aberdeen yang beroperasi di 14 negara," ujarnya.

Bharat Joshi, Head of Investment Aberdeen Asset Management, memaparkan di pasar domestik, saham-saham emiten bank dan konsumer akan menjadi incaran. Beberapa di antaranya adalah Unilever, Ace Hardware, Telkomunikasi Indonesia, XL Axiata, Semen Indonesia, dan Semen Holcim.

"Penjualan ACES berpotensi meningkat dalam 6-12 bulan ke depan. Seiring tingginya penjualan properti tahun lalu, konsumen akan mulai belanja furnitur di toko-toko ritel," imbuhnya.

Sementara itu, sektor infrastruktur infrastruktur kurang dilirik lantaran memiliki tingkat leverage yang tinggi dan perlu waktu lama untuk merealisasikan proyek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper