Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Krakatau Steel (KRAS) Butuh Pinjaman Rp4,7 Triliun

Korporasi baja milik negara, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk., membutuhkan pinjaman sekitar Rp4,78 triliun untuk pembangunan 2 proyek besar perseroan yakni pabrik Hot Strip Mill (HSM) #2 dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 1x150 mega watt.

Bisnis.com, JAKARTA - Korporasi baja milik negara, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk., membutuhkan pinjaman sekitar Rp4,78 triliun untuk pembangunan 2 proyek besar perseroan yakni pabrik Hot Strip Mill (HSM) #2 dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 1x150 mega watt.

Berdasarkan data yang disampaikan manajemen Krakatau Steel kepada Komisi XI DPR yang dikutip pada Minggu (9/10/2016), perseroan menyampaikan total investasi dua proyek tersebut sebesar Rp9,24 triliun. Dana itu akan dipenuhi dari pinjaman Rp4,78 triliun dan ekuitas Rp4,45 triliun.

Pinjaman yang dibutuhkan untuk pembangunan HSM#2 sebesar Rp3,26 triliun dan PLTU Rp1,52 triliun. Pinjaman itu akan melengkapi kebutuhan ekuitas untuk proyek HSM Rp3,8 triliun dan PLTU Batubara Rp654,6 miliar.

Direktur Utama Krakatau Steel Sukandar mengatakan pihaknya telah mendapatkan komitmen pinjaman dari lembaga keuangan Jerman, Commerze Bank, senilai US$260 juta atau sekitar Rp3,3 triliun untuk pembangunan pabrik HSM#2.

Sementara itu, Sukandar mengatakan pihaknya belum mendapatkan pinjaman untuk pembangunan PLTU 1x150 MW tersebut. “Kami akan cari dari bank-bank dalam negeri,” katanya.

Masa konstruksi PLTU 1x150 MW itu akan berlangsung selama 2016-2019. Kajian kelayakan (FS) proyek tersebut telah selesai pada Juli 2016 dan prakualifikasinya akan dilakukan pada akhir Oktober 2016.

PLTU dengan sumber energi batu bara itu akan digunakan untuk menghasilkan listrik dengan biaya murah sebagai bagian dari upaya peningkatan daya saing dan menjamin pasokan listrik untuk proses produksi baja.

Sementara itu, masa konstruksi proyek pembangunan HSM#2 juga akan berlangsung pada 2016-2019. Pabrik itu akan menghasilkan produk berupa baja lembaran untuk otomotif, pipa baja, re-roling dan konstruksi.

Dengan kapasitas 1,5 juta ton per tahun serta bisa ditingkatkan hingga 4 juta per ton, pabrik itu dibangun dengan tujuan peningkatan kapasitas produksi baja lembaran panas (hot rolled coil/HRC). Groundbreaking pabrik itu telah dilakukan pada 22 Agustus 2016.

Dari kebutuhan ekuitas Rp4,45 triliun, perusahaan akan memenuhinya dengan ekuitas sendiri sebesar Rp2,58 triliun dan ekuitas yang berasal dari penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dulu (HMETD) sebesar Rp1,87 triliun.

Penambahan modal dengan HMETD atau right issue itu akan dilakukan setelah perusahaan mendapatkan persetujuan dari pemerintah dan DPR untuk memperoleh Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp1,5 triliun dalam APBN Perubahan 2016.

Dari proceed sekitar Rp1,87 triliun, perusahaan akan menggunakan sebesar Rp1,23 triliun untuk modal kerja proyek pembangunan HSM#2 dan sisanya, Rp640 miliar, untuk proyek pembangunan PLTU Batu bara 1x150 MW.

Dana PMN itu diperkirakan akan disetor kepada Krakatau steel pada 24-28 Oktober 2016. Perdagangan HMETD diperkirakan akan dimulai pada 21 Oktober 2016.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yodie Hardiyan
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper