Bisnis.com, BOGOR– PT Bank CIMB Niaga Tbk. memundurkan kembali rencana untuk melakukan pemisahan unit usaha syariah menjadi anak usaha atau spin off menjadi paling cepat pada akhir 2022.
Direktur Syariah Banking CIMB Niaga, Pandji P. Djajanegara mengatakan target semula yang dicanangkan perseroan melakukan spin off pada tahun depan.
“Dua tahun lalu kami rencanakan pada 2018. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, kalau bisa 2022 akhir atau 2023 awal,” katanya dalam Pelatihan Perbankan Syariah untuk Wartawan yang digelar CIMB Niaga Syariah di Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/12/2017).
Pandji beralasan, status saat ini sebagai unit usaha syariah (UUS) lebih menguntungkan dari sisi daya saing bila dibandingkan dengan menjadi badan usaha syariah (BUS).
Hal ini terkonfirmasi dari kinerja industri perbankan syariah secara industri, antara lain dilihat dari indikator pertumbuhan bisnis, efisiensi serta kualitas kredit.
Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan, pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) badan usaha syariah pada September 2017 ada di level 4,1% sedangkan unit usaha syariah di level 2,7%.
“Secara industri NPF bank syaraiah jadi jelek karena BUS-nya jelek. Kinerja UUS lebih positif karena kami dapat berjalan bergandengan dengan induk, baik dalam hal sales maupun infrastruktur dengan implementasi dual banking leverage model (DBLM),” tuturnya.
Pandji menjelaskan, DBLM mulai diimplementasikan oleh Cimb Niaga sejak 2015, atau 11 tahun setelah Cimb Niaga syariah terbentuk.
Secara garis besar, model tersebut yakni peleburan fungsi syariah dengan fungsi perbankan konvensional. Dengan kata lain, unit usaha syariah berjalan paralel dengan induk usaha yang perbankan konvensional, saling melengkapi, bukan saling bersaing antara satu bersaing dengan yang lain.
Dengan menjadi unit usaha yang mengikut pada permodalan induk, bank juga dapat memberikan nilai pembiayaan yang lebih tinggi dengan rate yang lebih rendah dibandingkan badan usaha syariah. Promosi dan pemasaran juga dapat menjadi lebih luas karena dilakukan secara sinergi dengan ratusan cabang induk usaha.
Menurut Pandji, strategi tersebut adalah resep di balik pertumbuhan bisnis bank yang mencapai 40% pada tahun lalu dan lebih dari 50% pada tahun ini.
“DBLM ini juga yang dilakukan oleh teman-teman yang statusnya UUS, dan itu sudah bejalan positif. Dampaknya ada penurunan di sisi cost serta dari sisi sales kami mendapatkan nasabah yang lebih baik dan lebih proven,” ujarnya.
Lebih lanjut, Pandji berharap saat spin off kelak dilakukan, Cimb Niaga syariah dapat masuk ke kategori Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) III, yakni permodalan inti sebesar Rp5 triliun – Rp30 triliun.
Terkait kinerja, Cimb Niaga syariah memproyeksikan total pembiayaan sampai akhir Desember 2017 dapat mencapai Rp16,5 triliun, tumbuh sekitar Rp6,3 triliun dari posisi akhir 2016. Adapun, sampai September total pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp14,84 triliun, naik 82,5% year on year.