Bisnis.com, JAKARTA – Industri asuransi dinilai masih akan mampu bertumbuh di kisaran 10%--30% bahkan lebih dalam lima tahun ke depan. Peningkatan penetrasi pun dinilai menjadi kunci untuk terus menjaga pertumbuhan industri secara berkelanjutan.
Hendrisman Rahim, Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mengatakan sejauh ini pasar asuransi Indonesia masih sangat potensial.
“Saya yakin 5 tahun ke depan, industri tetap growing, harusnya bisa 10%-40%, atau 50%,” ungkapnya di sela-sela seminar bertajuk Navigating the Changing Insurance Landscape, yang diselenggarakan oleh Swiss Re dan Indonesia Re, Selasa (13/2/2018).
Hendrisman menjelaskan sejauh ini penetrasi industri asuransi jiwa masih kecil, kendati perolehan premi terus berkembang. Dia mencontohkan data Swiss Re pada 2012 menunjukkan bahwa Indonesia berada pada urutan ke – 74 dari sisi penetrasi.
Padahal, pada saat yang sama Indonesia menduduki posisi ke – 34 dari sisi nominal pendapatan premi. “Penetrasi asuransi jiwa baru sekitar 1,9%. Densitas juga masih kecil,” ungkapnya.
Menurut Hendrisman, jika Indonesia bisa sedikit saja meningkatkan penetrasi, maka pertumbuhan pendapatan premi bisa melesat secara signifikan.
Baca Juga
Apalagi, sebutnya, dalam sepuluh tahun terakhir, saat pertumbuhan industri berada pada kisaran 10% - 30%, pendapatan premi industri didominasi oleh sepuluh pemain besar.
Hendrisman menilai para pemain besar tersebut telah menguasai pasar dengan baik. Dengan begitu, pertumbuhan premi yang signifikan pada 10 pemain besar tersebut akan memacu perolehan industri, kendati di sisi lain akan meningkatkan gap dengan pelaku lainnya.
“Yang sekarang kita sudah senang dengan pertumbuhan yang ada, meski penetrasi kecil. Ke depan mestinya tumbuhnya lebih dari 50%,” sebut Hendrisman.