Bisnis.com, JAKARTA – Penerbitan convertibel bond atau surat utang yang dapat dikonversi menjadi ekuitas untuk bank yang memiliki kecukupan modal di atas 20% dinilai akan memberatkan perbankan dari sisi biaya dana.
Oleh karena itu, anggota Dewan Komisioner LPS Fauzi Ichsan maklum akan adanya keberatan dari perbankan terkait penerbitan convertible bond sebagai bagian dari recovery plan.
Menurut Fauzi, kewajiban penerbitan convertible bond pada saat rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) ada di level yang tinggi akan menambah beban biaya dana bank.
“Sebenarnya CAR 23% itu tinggi dalam standar manapun sehingga dapat dimengerti kalau perbankan terutama bank sistemik merasa keberatan menerbitkan convertible bond saat CAR sudah di atas 20%, mengingat bunganya pasti tinggi sehingga membebani dari sisi funding,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (28/2/2018).
Sayangnya, ketika ditanya level CAR yang paling dasar yang memerlukan penerbitan obligasi konversi, Fauzi mengatakan saat ini belum ada angka ketentuan definitif terkait acuan CAR perbankan.
Secara umum, lanjutnya, perbankan merasa aman apabila telah memenuhi persyaratan permodalan sesuai ketentuan BASEL III.
“Memang belum ada threshold yang definitif. Ini suatu yang belum didefinisikan, untuk sementara ini diskusinya masih panjang karena bank pada umumnya kalau syarat BASEL III sudah terlewati ya sudah aman.”