Bisnis.com, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo memberikan imbauan kepada industri perbankan agar lebih berani dalam mengambil risiko dan membuat keputusan.
Satu hal yang disinggung oleh Presiden dalam pertemuan dengan pimpinan bank umum di Indonesia tersebut adalah agar bank bisa lebih agresif dan keluar dari zona aman. Sepanjang tahun lalu realisasi pertumbuhan kredit hanya mencapai 8,34% padahal target pertumbuhan nasional adalah 9%-12%
Direktur Utama Bank Dinar Hendra Lie menanggapi imbauan tersebut dengan positif untuk lebih berani mengambil risiko. "Imbauan Presiden sangat positif. Kami harus lebih berani mengambil risiko namun tetap prudent [hati-hati]," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (15/3/2018).
Kinerja kredit Bank Dinar sepanjang tahun lalu memang belum mencapai target yang ditetapkan pada awal 2017 yakni hanya mencapai 3,9% atau sebesar Rp1,3 triliun dari target 15%.
Beberapa waktu lalu Hendra mengatakan alasan lesunya pertumbuhan kredit Bank Dinar antara lain adalah pembatasan pemakaian kredit nasabah selain itu segmentasi kredit di BUKU I yang terbatas juga menjadi salah satu penyebab lambatnya pertumbuhan kredit.
Tahun ini Bank Dinar menargetkan kredit bisa tumbuh lebih tinggi yakni sebesar 17,5% dengan tetap fokus pada segmen trading.
Dia menambahkan bahwa perseroan juga akan mencari pangsa pasar potensial lainnya guna mendongkrak kinerja kredit tahun ini.
"[Kami akan fokus pada] kredit yang tentu produktif seperi modal kerja dan investasi," ujarnya.
Sementara itu proses merger Bank Dinar dengan PT Bank Oke Indonesia masih terus berjalan sambil menunggu persetujuan akuisisi dari Otoritas Jasa Keuangan. Hendra mengatakan proses merger ditargetkan dapat rampung pada semester II/2018.