Denaldy M. Mauna yang ditunjuk sebagai Direktur Utama Perum Perhutani sejak Agustus 2016 mengungkapkan bahwa proses itu bisa berjalan dengan transparansi yang diterapkannya.
“Kuncinya adalah transparansi,” ungkapnya ketika ditemui Bisnis, Jumat (31/8/2018).
Denaldy mengisahkan saat pertama kali ditunjuk sebagai nakhoda atau pada 2016, perusahaan pelat merah ini mencatatkan rugi bersih sebesar Rp357 miliar. Oleh karena itu, jelasnya, dia mendorong langkah efisiensi biaya di semua lini bisnis Perhutani.
Langkah itu pun bukannya tanpa resistensi. Dirinya dihadapkan oleh penolakan dari sejumlah karyawan.
Kendati begitu, Denaldy langsung turun tangan untuk menjelaskan kondisi perusahaan kepada seluruh bagian di perusahaan.
“Saya turun langsung untuk menjelaskan. Selain itu, saya juga harus contohkan, misalnya saya pernah menginap di hotel bintang 3 dalam tugas luar kota. Bahkan, sekamar berdua,” ujarnya.
Langkah itu dinilai ampuh untuk meredam resistensi di kalangan karyawan yang dinilai sudah cukup nyaman dengan proses kerja sebelumnya.
Alhasil, jelasnya, Perhutani mampu meningkatkan kinerja keuangan pada tahun lalu. Bahkan, pada semester I/2018 Perhutani membukukan pendapatan sebesar Rp1,8 trilliun atau bertumbuh 26% dibandingkan periode yang sama pada 2017.
Laba bersih BUMN ini bahkan mencapai Rp469 miliar atau naik 63% dibandingkan periuode yang sama pada tahun lalu. “Angka laba tersebut telah melampaui angka laba setahun 2017 sebesar Rp406 miliar.”