Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah mencatatkan perlambatan pertumbuhan kinerja intemediasi menjelang akhir kuartal III/2018 yang disebabkan oleh menurunnya permintaan pembiayaan.
Direktur Bisnis Ritel dan Unit Usaha Syariah Bank Jateng Hanawijaya mengatakan bahwa sampai dengan Agustus, penyaluran kredit perseroan mencapai Rp45,03 triliun. Secara year on year, jumlah pembiayaan tersebut mengalami peningkatan sebesar 12%.
“Kredit tumbuh 12% atau sebesar Rp 45,03 triliun dari target akhir tahun sebesar Rp 48,83 triliun. Dari jumlah tersebut, pembiayaan syariah mencapai Rp 2,42 triliun atau tumbuh sebesar 29,85%,” katanya kepada Bisnis, Selasa (18/9/2018).
Dengan demikian, perseroan masih perlu menyalurkan Rp3,8 triliun lagi untuk mencapai target penyaluran dana pada tahun ini. Kendati terbilang positif, Hanawijaya mengatakan bahwa pertumbuhan tahun ini sedikit lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pada tahun lalu.
Per Agustus 2017, pertumbuhan kredit mencapai 13,54% secara tahunan dengan jumlah mencapai Rp38,34 triliun. Sementara itu, pembiayaan syariah mencatatakan pertumbuhan 57,53% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Meski dibandingkan dengan tahun sebelumnya pertumbuhan pada tahun ini mengalami perlambatan, lanjutnya, kinerja perseroan tetap tumbuh positif dibandingkan dengan industri yang pada periode sama hanya mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 8%.
Berdasarkan analisis perseroan, lanjutnya, perlambatan pertumbuhan permintaan pembiayaan tersebut disebabkan oleh sikap calon debitur yang cenderung berhati-hati dan memilih menahan proyek investasi pada tahun ini.
“Perlambatan ditengarai karena sikap pasar yang wait and see dan menahan investasi, untuk merespons kebijakan suku bunga dan perkembangan kurs rupiah secara nasional,” tuturnya.
Kendati demikian, dia mengatakan bahwa secara individual perseroan belum melakukan penyesuaian terhadap suku bunga kredit untuk menyesuaikan dengan tingkat suku bunga kebijakan Bank Indonesia yang sudah terkerek 125 bps tahun ini.
Menilik laporan keuangan Bank Jateng per semester I/2018, perseroan masih mencatatkan peningkatan margin bunga bersih (NIM) dari 5,32% menjadi 6,18%. Hal ini terjadi tengah tren penurunan NIM di industri perbankan yang disebabkan oleh peningkatan suku bunga dana yang belum diikuti dengan peningkatan suku bunga pinjaman.
Sementara itu, dari sisi jenis pembiayaannya, 37,53% dari total pembiayaan atau senilai Rp16,9 triliun disalurkan kepada sektor usaha produktif. Jumlah pembiayaan tersebut meningkat 12,15% dari periode yang sama pada tahun lalu.