Bisnis.com, JAKARTA — Satu kali, pernah ada seorang kenalan yang menanyakan kepada saya bagaimana agar bisa mendapatkan dan memanfaatkan kredit bank supaya menjadi aset di masa depan?
Lalu saya menggambarkannya begini. Ketika sekolah, kita diajarkan bahwa bisnis ditujukan untuk mendapatkan profit bagi pemilik perusahaan. Yang tidak diajarkan adalah bahwa yang sesungguhnya yang menjadi tujuannya pemilik perusahaan bukan profit, tetapi aset.
Aset itu bisa macam-macam. Aset dalam bentuk mesin, tanah, gedung, lainnya. Artinya, itu bisa diagunkan. Jadi caranya adalah omzet Anda ditalangi bank. Supaya ditalangi bank, Anda harus menjual kredit, artinya membangun distributor.
Bila Anda punya toko, cobalah ikut asosiasi. Ketika Anda impor, yang utama dipertimbangkan adalah apakah Anda sudah memiliki jaringan distribusi?
Anda sudah mencoba berjualan secara kredit? Mengapa kredit ? Karena bila Anda berjualan dengan cara cash, untuk apa bank menalangi?
Mengapa Anda tidak secure? Karena bisnis Anda tidak pasti, harga naik terus, kulakan naik terus. Sewa gedung naik terus. Pembelinya belum tentu ada. Belum lagi harus berebutan dengan toko sebelah.
Mengapa harus ditalangi bank? Omzet Anda diatur margin yang cukup dan Anda melakukan credit assessment kepada network distribusi Anda, kalau perlu menggunakan jaminan BPKB, sertifikat atau ijazah. Mengapa ijazah? Ya yang penting Anda bisa memiliki pressure untuk menagih. Kalau perlu surat akte nikah.
Networking Anda adalah aset, produk yang Anda pegang memiliki kekayaan intelektual. Misal Anda jualan GPS atau alarm untuk apartemen. Yang penting Anda memiliki hak paten atau hak merek. Hak ini disebut kekayaan intelektual.
Ingat aset kekayaan Anda harus ditalangi bank, dan bisnis Anda harus diproteksi, diperbaharui, dipastikan Anda pegang power melalui collateral jaminan.
Penulis
Ir Goenardjoadi Goenawan, MM
Motivator Uang.
Penulis buku seri Money Intelligent, New Money, dan New Money: Riba Siapa Bilang?
Untuk pertanyaan bisa diajukan lewat: [email protected]