Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Maybank Indonesia Tbk. menargetkan pertumbuhan laba tahun ini masih akan berkisar pada digit ganda kendati lebih rendah dari tahun lalu.
Sebagai gambaran, tahun lalu bank asal Malayasia ini berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih sepanjang tahun lalu sebesar 21,6% atau Rp2,2 triliun karena didukung Pendapatan Bunga Bersih atau NII yang lebih tinggi dan perbaikan kualitas aset.
Sementara untuk tahun ini, Direktur Keuangan PT Bank Maybank Indonesia Tbk. Thilagavathy Nadason berharap laba perseroan masih akan bertengger pada angka 15%. Pasalnya, tahun ini perseroan melihat masih akan ada berbagai tantangan dalam mengejar cuan.
Thila mengemukakan, untuk itu salah satu strategi yang akan dilakukan dari segi kredit dengan meningkatkan bunga meski tidak akan sebesar bunga acuan Bank Indonesia.
"Namun, kami tetap mencoba menaikkan likuiditas lebih dari yang kami butuhkan, selain sebagai buffer tentu untuk menjaga-jaga jika kondisi setelah pemilu belum membaik," katanya, Senin (18/2/2019).
Dengan demikian, lanjut Thila, jika target pertumbuhan kredit tercapai 9% secara tahunan (year on year/yoy) saja maka pertumbuhan NII bisa tercapai sekitar 4% - 5% yoy.
Sementara itu, kenaikan suku bunga kredit diakui Thila telah dilakukan sejak Desember lalu. Perseroan memastikan ruang kenaikan hanya akan berkisar pada 10 basis points (bps) - 25 bps dan tidak akan lebih besar dari itu.
Sebagai gambaran, tahun lalu bank asal Malayasia ini berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih sepanjang tahun lalu sebesar 21,6% atau Rp2,2 triliun karena didukung Pendapatan Bunga Bersih atau NII yang lebih tinggi dan perbaikan kualitas aset.
Sementara untuk tahun ini, Direktur Keuangan PT Bank Maybank Indonesia Tbk. Thilagavathy Nadason berharap laba perseroan masih akan bertengger pada angka 15%. Pasalnya, tahun ini perseroan melihat masih akan ada berbagai tantangan dalam mengejar cuan.
Thila mengemukakan, untuk itu salah satu strategi yang akan dilakukan dari segi kredit dengan meningkatkan bunga meski tidak akan sebesar bunga acuan Bank Indonesia.
"Namun, kami tetap mencoba menaikkan likuiditas lebih dari yang kami butuhkan, selain sebagai buffer tentu untuk menjaga-jaga jika kondisi setelah pemilu belum membaik," katanya, Senin (18/2/2019).
Dengan demikian, lanjut Thila, jika target pertumbuhan kredit tercapai 9% secara tahunan (year on year/yoy) saja maka pertumbuhan NII bisa tercapai sekitar 4% - 5% yoy.
Sementara itu, kenaikan suku bunga kredit diakui Thila telah dilakukan sejak Desember lalu. Perseroan memastikan ruang kenaikan hanya akan berkisar pada 10 basis points (bps) - 25 bps dan tidak akan lebih besar dari itu.
Kenaikan terutama dibebankan pada segmen kredit bisnis dan UMKM, sementara pada segmen konsumsi seperti KPR dipastikan masih menggunakan bunga tetap.
Adapun pada tahun lalu NII perseroan tercatat tumbuh 5,2% menjadi Rp8,1 triliun pada Desember 2018 dibanding Rp7,7 triliun tahun lalu.
Presiden Direktur PT Bank Maybank Indonesia Tbk. Taswin Zakaria menambahkan hal itu didapat dari implementasi penerapan pricing yang disiplin dan secara berkelanjutan disertai efisiensi operasional yang meningkat memungkinkan perseroan untuk menahan tekanan pada marjin bunga. Alhasil, peningkatan marjin bunga bersih sebesar 7 basis poin menjadi 5,2%.
Sementara pertumbuhan kredit pada tahun lalu hanya tercatat tumbuh 6,3% secara tahunan (year on year/yoy) mencapai Rp133,3 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp125,4 triliun. Dari sisi dana pihak ketiga atau DPK turun 3,7% menjadi Rp116,8 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp121,3 triliun tahun lalu.
"Tahun ini kami akan konservatif pertumbuhan kredit tidak akan lebih dari 10%. Kami ingin mengimbangi dengan pertumbuhan DPK. Apalagi tahun lalu kami telah membuang likuiditas yang berbiaya tinggi sebagai strategi mengimbangi beban biaya dana, artinya bukan karena ada perpindahan atau dana yang keluar," ujarnya.
Adapun pada tahun lalu NII perseroan tercatat tumbuh 5,2% menjadi Rp8,1 triliun pada Desember 2018 dibanding Rp7,7 triliun tahun lalu.
Presiden Direktur PT Bank Maybank Indonesia Tbk. Taswin Zakaria menambahkan hal itu didapat dari implementasi penerapan pricing yang disiplin dan secara berkelanjutan disertai efisiensi operasional yang meningkat memungkinkan perseroan untuk menahan tekanan pada marjin bunga. Alhasil, peningkatan marjin bunga bersih sebesar 7 basis poin menjadi 5,2%.
Sementara pertumbuhan kredit pada tahun lalu hanya tercatat tumbuh 6,3% secara tahunan (year on year/yoy) mencapai Rp133,3 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp125,4 triliun. Dari sisi dana pihak ketiga atau DPK turun 3,7% menjadi Rp116,8 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp121,3 triliun tahun lalu.
"Tahun ini kami akan konservatif pertumbuhan kredit tidak akan lebih dari 10%. Kami ingin mengimbangi dengan pertumbuhan DPK. Apalagi tahun lalu kami telah membuang likuiditas yang berbiaya tinggi sebagai strategi mengimbangi beban biaya dana, artinya bukan karena ada perpindahan atau dana yang keluar," ujarnya.
Suku bunga dasar kredit (SBDK) Maybank per 31 Januari 2019 tercatat sebesar 10,75% untuk kredit ritel, kredit mikro 18,3%. Sementara untuk bunga kredit konsumsi 9,75% untuk KPR dan non KPR 10%.