Bisnis.com, JAKARTA — Unit usaha syariah PT Bank CIMB Niaga Tbk. atau CIMB Niaga Syariah mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang berada di bawah pertumbuhan pembiayaan.
Sepanjang 2018, CIMB Niaga Syariah membukukan laba bersih senilai Rp701 miliar, tumbuh 43,35% dibandingkan dengan realisasi pada tahun sebelumnya senilai Rp489 miliar.
Sementara itu, pada periode yang sama, penyaluran pembiayaan melesat 58,81% menjadi Rp26,5 triliun dari Rp16,6 triliun pada realisasi tahun sebelumnya.
Sharia Banking Director Bank CIMB Niaga Pandji P Djajanegara menjelaskan hal teresbut disebabkan oleh naiknya biaya dana yang dikeluarkan perseroan untuk meyerap dana masyarakat. Naiknya biaya dana, ujarnya, sejalan dengan kebutuhan bank syariah dalam menyalurkan pembiayaan.
"Kalau pembiayaan naiknya sekitar 50%, ekspektasinya profit naik di atas 50%. Artinya, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan," ujarnya kepada Bisnis, belum lama ini.
Sepanjang 2018, menurut Pandji, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) hanya mampu tumbuh 19,26% menjadi Rp23,7 triliun. Pertumbuhan penghimpunan dana yang jauh di bawah pertumbuhan penyluran pembiayaan tersebut, menurutnya, disebabkan oleh ketatnya likuiditas di pasar.
Baca Juga
Pada tahun ini, Pandji memperkirakan perebutan likuiditas masih akan berlanjut. Pasalnya, kini tidak hanya perbankan yang berusaha menyerap dana masyarakat, namun juga institusi lain.
