Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. menggenjot segmen bisnis wealth management sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pendapatan nonbunga.
Direktur Bisnis Kecil dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi mengatakan segmen bisnis tersebut masih sangat prospektif sejalan dengan peningkatan jumlah kelas menengah atas di Tanah Air.
“Target kami tahun ini aset under management segmen wealth management bisa tumbuh di atas 10%. Bisnis Wealth Management tetap memiliki potensi yang besar,” katanya kepada Bisnis, Kamis (21/3/2019).
Sebagai upaya untuk memaksimalkan pertumbuhan, Bank Mandiri menyiapkan beberapa strategi terutama yang berkaitan dengan edukasi perencanaan finansial, pengelolaan portofolio, dan peningkatan kapabilitas sumber daya manusia pengelola nasabah.
Selain itu, bank berlogo pita kuning ini juga terus menambah variasi produknya sebagai salah satu keunggulan yang ditawarkan kepada nasabah.
Adapun, realisasi pertumbuhan hingga Februari 2019 masih cenderung moderat. Dari sisi fund under management (FUM) Bank Mandiri tercatat sebesar Rp173 triliun atau tumbuh 0,7% secara year on year (YoY) dibandingkan dengan posisi Februari 2018 yang berjumlah Rp172 triliun.
Sementara itu dari sisi aset under management (AUM) Bank Mandiri mengalami pertumbuhan sebesar 13,85% (YoY) yakni dari Rp53 triliun menjadi Rp60 triliun.
“Dari sisi pertumbuhan fee based income belum terlalu signifikan mengingat masih awal tahun yang biasanya slow starter,” katanya.
Sebagai gambaran, dia menerangkan bahwa kontribusi terhadap pendapatan berbasis komisi dari segmen bisnis wealth management Bank Mandiri pada 2018 mencapai Rp400 miliar.
Dia mengatakan pertumbuhan yang moderat di kuartal awal lantaran banyak nasabah yang masih cenderung memilih wait and see untuk masuk ke produk-produk yang lebih berfluktuasi seperti reksadana saham.
Bahkan sebagian nasabah juga memanfaatkan momentum kenaikan IHSG untuk mengambil keuntungan setelah profitnya mengalami tekanan pada tahun lalu.
Menurut Hery, nasabah juga masih cenderung mencari produk yang lebih konservatif seperti surat berharga negara retail yang secara margin sebenarnya relative kecil.
Kendati begitu, dia yakin mulai kuartal II mendatang kondisi bisnis wealth management akan lebih bergairah.
“Pada Maret dan bulan-bulan berikutnya sudah terlihat pergerakan yang positif dengan adanya launching beberapa produk reksadana terproteksi dan adanya rencana penerbitan produk alternatif investasi seperti KIK Dinfra oleh anak perusahaan Mandiri yaitu MMI [PT Mandiri Manajemen Investasi],” paparnya.