Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Dampak Larangan Ekspor Sawit ke Uni Eropa, Kredit Agribisnis Melambat

Isu pelarangan ekspor komoditas kelapa sawit ke Uni Eropa mempengaruhi laju penyaluran kredit perbankan ke sektor agribisnis. Pasalnya, komoditas kelapa sawit merupakan penyumbang terbesar portofolio kredit ke sektor tersebut.
Maria Elena
Maria Elena - Bisnis.com 18 April 2019  |  10:47 WIB
Dampak Larangan Ekspor Sawit ke Uni Eropa, Kredit Agribisnis Melambat
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk Agus Noorsanto menjawab pertanyaan investor di sela-sela rapat pemegang saham luar biasa perseroan, di Jakarta, Rabu (23/1/2019). - Bisnis/Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA — Isu pelarangan ekspor komoditas kelapa sawit ke Uni Eropa mempengaruhi laju penyaluran kredit perbankan ke sektor agribisnis. Pasalnya, komoditas kelapa sawit merupakan penyumbang terbesar portofolio kredit ke sektor tersebut.

Berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Januari 2019, pertumbuhan kredit pertanian, perburuan, dan kehutanan mecapai 11% secara tahunan sebesar Rp350,21 triliun. Angka tersebut menurun jika dibandingkan dengan capaian kredit pada Januari 2018 yang tumbuh sebesar 13,48% secara tahunan dengan nilai Rp315,52 triliun.

Dalam 4 tahun terakhir pertumbuhan kredit sektor agribisnis stagnan di level 11%, padahal pada 2015 sempat tumbuh 20% secara tahunan.

Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. (BRI Agro) Agus Noorsanto mengatakan, meskipun tumbuh, penyaluran kredit di sektor agribisnis pada awal tahun memang tidak melaju sekencang akhir tahun.

Di sisi lain, lanjut Agus, ancaman larangan ekspor komoditas sawit ke Uni Eropa juga turut berpengaruh, meskipun konsumsi dalam negeri masih cukup tinggi. Sejumlah perusahaan sawit juga terus melakukan ekspansi pasar ke negara lain seperti China, Timur Tengah, dan Afrika Utara.

“Khusus sawit, kami melihat ada ancaman, tapi konsumsi dalam negeri juga masih cukup tinggi, pengusaha sawit juga sedang mencoba memegang market lain. Kami sedang mencoba memperluas komoditas agar ketergantungan pada sawit agak berkurang,” katanya, belum lama ini.

Agus menjelaskan bahwa perlambatan pertumbuhan kredit pada awal tahun juga turut disebabkan oleh pengajuan kredit yang masih dalam proses.

Adapun, hingga kuartal I/2019, BRI Agro mencatat pertumbuhan kredit sekitar 30% secara tahunan. Perseroan membidik penyaluran kredit pada kuartal II/2019 tumbuh 15%, dan secara tahunan (yoy) bisa tumbuh di atas 30%.

Dia menyampaikan, perseroan masih akan memperluas penyaluran kredit, tidak hanya sawit, tetapi termasuk tebu, tapioka, dan karet.

Perseroan akan mulai meluaskan penyaluran kredit di sektor perkebunan kopi, skalanya mulai dari petani, distributor, hingga eksportir. Agus menilai, meskipun tidak terlalu besar, tapi sektor ini cukup potensial. Perseroan pun gencar masuk ke sektor perikanan dan peternakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

agribisnis kelapa sawit bri agro
Editor : Farodilah Muqoddam

Artikel Terkait



Berita Terkini

back to top To top