Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank CIMB Niaga Tbk. menutup kuartal I/2019 dengan fungsi intermediasi tumbuh sebesar 4,98% secara tahunan menjadi Rp187,98 triliun. Unit usaha syariah (UUS) berkontribusi signifikan terhadap kenaikan penyaluran dana perseroan.
Pasalnya tanpa pembiayaan UUS, penyaluran kredit CIMB Niaga turun 1,07% yoy menjadi Ro159,94 triliun. UUS CIMB Niaga sendiri membukukan penyaluran pembiyaan senilai Rp28,04 triliun atau naik 61,1% yoy per Maret 2019.
Pertumbuhan kredit yang disokong oleh unit usaha syariah tersebut pun mendorong aset perusahaan secara keseluruhan. Pada kuartal I/2019, aset CIMB Niaga naik 2,06% yoy menjadi Rp262,82 triliun.
Hal tersebut diikuti dengan perbaikan kualitas aset. Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) turun dari 3,51% per Maret 2018 menjadi 3,04% per Maret tahun ini.
Dari segi penghimpunan dana, CIMB Niaga melaporkan koreksi negatif. Sepanjang tiga bulan pertama dana pihak ketiga (DPK) merosot 5,71% secara tahunan menjadi Rp164,04 triliun.
Deposito dan giro menjadi penyebab utama turunnya DPK. Kedua komponen sumber dana ini, masing-masing turun 10,06% yoy dan 7,05% yoy. Pada periode yang sama tabungan yang berkontribusi 29,4% terhadap DPK, tumbuh 1,03% yoy menjadi Rp48,17 triliun
Baca Juga
Merosotnya portofolio DPK CIMB membuat likudiitas perseroan mengetat. Rasio kredit terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) perusahaan melonjak dari 91,98% pada tiga bulan pertama 2018 menjadi 97,02% pada Maret 2019.
Adapun dari kolom laporan laba rugi, perusahaan membukukan laba bersih sebesar Rp944,17 miliar atau naik 7,7% yoy. Pertumbuhan ini didorong oleh pendapatan operasional selain bunga yang melesat 31,45% yoy menjadi Rp1,63 triliun.
Pada kuartal I/2019, perseroan tidak dapat mengandalkan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII). Hal itu disebabkan oleh pertumbuhan beban bunga jauh lebih tinggi dari pendapatan bunga.
Pada Maret 2019 pendapatan bunga perusahaan sebesar Rp5,24 triliun atau naik 4,8% yoy. Sementara itu beban bunga naik 12,18% yoy menjadi Rp2,21 triliun. NII pun hanya bergerak naik 0,13% yoy menjadi Rp3,03 triliun.